Senin

Tuhan, maaf


Ada jawaban yang mengharuskanku berpikir ulang, merenung atau setidaknya aku harus lebih dewasa, aku harus lebih siap hancur untuk beberapa kali lagi, menerima semua jawaban terburuk itu, menerima kenyataan yang selama ini aku takutkan.

Adalah kisah yang hampir sudah, cerita kesedihan yang paling dalam.

Ya, aku adalah korban, aku adalah pelaku.

Seimbang memang, seorang laki-laki pendiam dengan seribu luka di dada

Adalah korban kebencian, adalah kesedihan, adalah ketakutan, jalan yang kau berikan.

Yang benar benar serius menjadikan perjalanan ambisi menghasilkan tai

Yang mengharapkan imbalan hanya memproduksi umpatan kejam


Ada yang harus di luruskan memang, satu jalan yang bergelombang dan laut yang tak tenang

Mengumpulkan puing kepingan hati yang memang harus di perbaiki

Di beri asupan baru layaknya kemenangan sebuah perjalalan panjang

Memberikan sebuah jalan terang menuju akhir kesedihan

Membabibuta pada prinsip ketidakberdayaan

Menghakimi perasaan sendiri sebagai ungkapan kebencian

Ya Tuhan, ampunilah Dosadosa yang pernah ku perbuat

Lindungilah hamba dari panasnya api neraka-Mu

Aku tak sanggup melihat api bekerja, membiarkan air bergelombang tak tenang, menginjak rendah tanah yang masih basah

Bebaskan aku, tenangkan jiwaku

Menjalani hidup ini yang semakin berantakan, melihat dunia yang semakin hancur

Tolonglah aku Tuhan..


Seluruh yang rapuh telah ku temui, membiarkan hidup semakin redup

Kehidupan yang diam membiarkan hati terpendam, tertutup oleh semangat mengantarkan ke ruang bimbang

Minimalisir takdir yang semakin getir, pikiran yang lemah dan jiwa yang pasrah

Sungguh, seluruhnya memang hina, tak bermakna

Maafkan aku Tuhan..





















Bedono, 2019


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...