Sabtu

Menyangkal Bencana


Luka yang ku pikul beban yang masih mengumpul
Jantung telah terpasung oleh harapan yang terbendung
Memporak porandakan sebuah kenang menggantikan kekecewaan
Luka tersembunyi di balik dinding cemas resah gelisah 
Menjadikan jiwa pucat mengasingkan diri pada sepi

Bencana dan air mata terus mengalir dalam rintih tangis
Hembusan sadis tiap nafas beringas terus melintas
Menjadikan setiap hidup semakin meredup
Upaya mengobati kesengsaraan berakhir pengkhianatan
Tikaman dari depan sembunyi di belakang

Kotor penuh noda, meninggalkan jejak jantung yang terkoyak
Tersayat kebengisan dari upaya pemulihan tangis
Terhimpit sakitnya kehinaan dan kengerian
Terbujur kaku menyingsing penderitaan hidup
Sayatan demi sayatan dan umpatan mengasingkan

Sembuh hanya sepenggal kata untuk berlabuh
Terus tergerus dalam kejamnya kesakitan
Di bungkus, di gilas, di buang di hancurkan
Rasa sakit yang semakin menjerit
Membungkam petaka membasuh air mata









Kamar, Mei 2018

Jumat

Maaf


 Maaf untuk semua bunyi yang telah memekakkan hati

untuk setiap jantung yang merasakan getaran beban

Maaf untuk setiap telinga yang tak kuasa mendengar keras suara kertas
untuk semua kebisingan, kehancuran, dan kekacauan yang telah terjadi

Maaf untuk setiap jiwa yang rentan dengan segala luka
Untuk setiap benci, dendam dan meriahnya ramadhan

Maaf untuk segala kenangan, tentang seseorang yang datang lalu pergi meninggalkan
Untuk semua perasaan yang terbebani dan setiap hati yang tersakiti

Maaf untuk setiap kesedihan, kesepian, kekecewaan yang telah lama terpendam
Untuk setiap kehampaan, ketakutan dan kengerian yang pernah menjadi beban

Maafkan..

Kami hanya manusia yang rindu masa lalu, merindukan bunyi bunyi setahun sekali
manusia yang butuh hiburan setelah sekian lama memikul beban kenyataan

Kami hanya manusia yang selalu ingin menyembuhkan sakit yang telah lama terjangkit
manusia yang sedang memulihkan seluruh perih yang tiap kali merintih
Dan kami hanya manusia yang berupaya mengobati luka menganga di dada

Maafkan kami..

Semoga setelah ini tak akan pernah ada lagi hati yang menanti sabagai sepi, tak akan pernah ada lagi jerit sakit, sedih dan perih..

Terima kasih.





Dalam kehancuran,Jurang, Mei 2021



Rabu

Trauma


 Telah ku mantapkan hati tuk terus tertekan

Membungkus perasaan dalam balutan kesedihan
Harapan dan angan berakhir kehancuran
Marah dan murka dan terluka
Samar terus menggerus terinjak dan terhunus

Pedang yang kau tancapkan akan terus menjadi nyeri sekujur diri
Menghancur leburkan sebuah kisah yang semakin berdarah
Terhina tercampak terbuang dan terlupakan
Terhimpit sadisnya rasa sesal yang meradang
Semua yang terjadi akan menjadi katakata tanpa makna

Nafas yang berhembus dan batin terbius
Mencoba menghentikan perang demi sebuah pinangan
Menyangkal nalar menyumpal logika
Perih terluka menganga sakit jiwa
Terus terhunus terkoyak kengerian

Selaksa kenang yang tak kan pernah terulang
Jera akan kenyataan walau akhirnya akan menghilang
Luruh pada genggaman tersulut api dendam
Trauma dan lukanya tangis dan air matanya
Telah menghilang hancur dan melebur




Semarang, Mei 2019



Selasa

Masih


Aku ingin seperti dulu, seperti saat aku masih bisa merasakan kebahagian,
merasakan hangatnya mentari, merasakan pelukmu ketika malam
di mana saat itu aku bisa tidur nyenyak lalu bermimpi tentangmu
Namun sekarang, semua telah berubah kau telah pergi, menjauh dan melupakan semuanya.
Kini hanya aku, luka dan beberapa goresan yang masih tetap membekas dalam jiwaku.
aku tak pernah tau sampai kapan hati ini akan hancur, jiwa ini selalu perih di saat aku benar benar ingin melupakanmu, menikmati luka yang sangat menyakitkan.
Aku hanya berpikir untuk terus hidup dan mencoba menyembuhkan luka walau sudah tak ada lagi seseorang yang mengajari cara untuk menjadi tegar di saat aku kehilangan semangat.
Apa kau tau? yang membuatmu tetap dalam pilihanmu, semua tak pernah kau tau kebenarannya saat kau tetap pada pilihanmu, kemudian kau berusaha meyakinkan kenyataan jika pada akhirnya semua tak pernah kau dapatkan.
Aku di sini selalu berdoa agar kau tetap sehat, selalu bahagia dan semoga tak kan pernah mengulangi semua yang telah kau perbuat padaku, walau akhirnya kau tetap pada pendirianmu, aku akan tetap meyakinkan jika kau tak akan membuat orang lain mencoba menikmati kepedihan seperti yang ku alami saat ini.
Rasanya sangat menyakitkan, jika boleh kau mengerti kau bukan hanya sekedar sketsa bagiku, sampai saat ini goresan darimu masih membekas.





















kamar, 10 Maret 2015

Senin

Senandung Desember


 Cukup, semua telah berlalu, tinggal menanti datangnya mati
Sosok yang selama ini ku banggakan

Lebih baik menghindar, pergi, hilang, lenyap
Sudah terlalu sering menangis di bawah malam
Menangisi ketidakmungkinan, menghabisi semua harapan
Tinggal berlalu, membiru, dan membatu
Benar dan salah dalam genggaman
Bahkan tak ku mengerti antara baik dan buruk
Tinggal selangkah maju, dua langkah mundur
Lebih dominan memendam kesedihan

Sekarang bukan waktunya untuk ungkapkan sedih
Lebih terbaca dari wajah pucat penuh benci
Adalah tentang marah
Adalah tentang membalas
Marah yang kian membuncah, tak pernah sanggup untuk ku rubah
Hati yang tinggal perih, tinggal tersisa ruang bersedih
Tak ada harapan, tak kan pernah ada penantian, berantakan.

Selamat tinggal untuk hati yang pernah tinggal
Tak pernah ku sesali antara datang dan pergi
Selamat jalan untuk jiwa yang pernah datang
Jiwa yang selalu menjadi kenang dalam hening
Tak kan pernah ada kekecewaan lagi selain ini
Tak kan pernah ada lagi luka sedalam ini
Tak kan pernah ada lagi sedih yang segera sudah

Aku bangga menjadi bagian dari hidup yang fana
Bangga menjadi harapan yang pernah salah
Terima kasih untuk setiap waktu yang pernah kita lewati
Meski kadang, aku ingin sekali tetap menetap
Tapi semuanya hanya tinggal ingin dalam angan
Sebuah upaya paling sempurna untuk tetap meratap

Terima kasih.

















Magelang, Desember 2020

Mohon Maaf


 Maaf lahir batin yaa..

Aku minta maaf pada diriku sendiri
Diriku memang buruk, namun disisi lain diriku juga baik
Maka, Maafkan segala kesalahanku
Aku sayang diriku.









Remang, 13 Mei 2021

Tuhan, maaf


Ada jawaban yang mengharuskanku berpikir ulang, merenung atau setidaknya aku harus lebih dewasa, aku harus lebih siap hancur untuk beberapa kali lagi, menerima semua jawaban terburuk itu, menerima kenyataan yang selama ini aku takutkan.

Adalah kisah yang hampir sudah, cerita kesedihan yang paling dalam.

Ya, aku adalah korban, aku adalah pelaku.

Seimbang memang, seorang laki-laki pendiam dengan seribu luka di dada

Adalah korban kebencian, adalah kesedihan, adalah ketakutan, jalan yang kau berikan.

Yang benar benar serius menjadikan perjalanan ambisi menghasilkan tai

Yang mengharapkan imbalan hanya memproduksi umpatan kejam


Ada yang harus di luruskan memang, satu jalan yang bergelombang dan laut yang tak tenang

Mengumpulkan puing kepingan hati yang memang harus di perbaiki

Di beri asupan baru layaknya kemenangan sebuah perjalalan panjang

Memberikan sebuah jalan terang menuju akhir kesedihan

Membabibuta pada prinsip ketidakberdayaan

Menghakimi perasaan sendiri sebagai ungkapan kebencian

Ya Tuhan, ampunilah Dosadosa yang pernah ku perbuat

Lindungilah hamba dari panasnya api neraka-Mu

Aku tak sanggup melihat api bekerja, membiarkan air bergelombang tak tenang, menginjak rendah tanah yang masih basah

Bebaskan aku, tenangkan jiwaku

Menjalani hidup ini yang semakin berantakan, melihat dunia yang semakin hancur

Tolonglah aku Tuhan..


Seluruh yang rapuh telah ku temui, membiarkan hidup semakin redup

Kehidupan yang diam membiarkan hati terpendam, tertutup oleh semangat mengantarkan ke ruang bimbang

Minimalisir takdir yang semakin getir, pikiran yang lemah dan jiwa yang pasrah

Sungguh, seluruhnya memang hina, tak bermakna

Maafkan aku Tuhan..





















Bedono, 2019


Sabtu

Musnah.


Dalam diam menangis
dalam sepi membantah
berjuang melawan hati yang beku
merampas tawa yang sesungguhnya
terbayar luka yang tak kunjung berhenti menghadang
luka membaur bersama duka yang mendalam
terbalut pedasnya kicauan burung berpendidikan
memendam beribu kotoran yang memuakkan
Persetan!

Enyahlah dalam kehancuran
matilah bersama hati tak bernurani
biarkan semua hening tanpa sebuah suara teriakkan
tanpa sebuah kata-kata menyakitkan
tentram dengan kehangatan sang fajar yang menghunus jiwa
abadi dalam kesedihan yang tak akan pernah padam
berkobar membendung bahagia yang menjemput
syair kemurkaan terdengar merdu diatas cinta menyakitkan
derita tertuang dalam tinta hitam
bunuh semua kebiadaban yang tak berhati
bangun dari kelamnya diam yang tak dihargai
bangkit dari terpuruknya peduli yang terabaikan
dan beranjak pergi dari kesabaran yang di sia siakan

Lelah telah padam
menyerah telah datang
tak mau lagi menanam rasa yang akan membawa perih menyiksa
sirna!

Berserakan menempati seluruh ruang inti
terinjak kebohongan terima kenyataan
aku lelah tuk kuatkan diri
melawan dunia kejam yang perlahan ingin membunuhku
menantang tangis yang sebenarnya kini terselubung didalam diri
Akulah pembohong sejati
yang ingin terlihat tegar dihadapmu
yang ingin selalu tersenyum saat kau didekatku
yang ingin tunjukkan padamu bahwa aku bukan orang yang lemah karenamu
yang ingin katakan padamu bahwa aku baik tanpa kamu
walau jauh dari matamu, aku tertatih sendiri
walau tanpa kau tau, aku perlahan musnah
tapi aku masih disini , menangisi semua yang terjadi





Perihal April


 Telah ku setubuhi gerimis pada rintik hujan malam tadi
Menjadi pada akhirnya pernah, menjadikan basah
Meninggalkan beberapa jejak kaki pada jalan pulang
Membiarkan tubuh kedinginan berharap pelukan

Jalang! Tiba waktu melebur memendam rindu
Nyeri pada hati, kosong tak berarti
Membius nadi menembus rasa iri
Gerimis telah usai, dan perih belum selesai
Hanya menjadikan kenang pada lamun kening

Disini, di tempat yang masih menjadi misteri
Telah ku setubuhi diri sendiri, masih menetap di ujung ratap
Tangis yang belum mengering, kenang yang masih berlinang
Sesal pada kenyataan yang mengutuk harapan
Sayup terdengar jerit himpit di batas sakit

Air yang mengalir pada resah yang merekah
Membimbing lirih yang semakin perih
Mencoba membius kekecewaan mengeringkan kenangan
Mengobati rasa sedih yang kian mendidih
Semakin gemuruh berdarah dan bernanah

Luka yang menganga dan harapan yang tertelan
Menjalar serupa nalar semakin menyebar
Terinfeksi virus frustasi termuntahkan dendam
Pembunuh dalam pembuluh
Menghabisi tiap tiap langkah berakhir kalah

Telah ku coba akhiri
Ku coba habisi
Belum selesai
Belum selesai









Ambarawa, April 21

















Mudik

 


Jalan jalan di sekat

Tapi bandara di perketat

Swab di daur ulang

Sampai WNA bebas berlalu lalang

Liputan banyak di jalankan

Sampai lupa masih banyak titik lain kerumunan

Media hanya ingat pantura

Sampai lupa dengan bandara


Apa covid hanya lewat jalan raya

Menginfeksi pemudik yang rindu keluarga

Mereka hanya menjaga budaya

Agar tak luntur sebab telah menjadi kultur

Saat ini lebih mudah mengunjungi hewan di ragunan

Ketimbang melihat orang tua dan sanak saudara di kampung halaman









Mei 21


Senin

Memendam Dendam

 
Aku kira siapa dirimu bisa membiasakan diri untuk patuh dan tunduk
Membuat sekeliling kita menjadi bebas dalam memuja mencintai
Sudah yang memang harus berakhir
Sebelum yang pernah sekedar
Kini telah ku temukan semua kepedihan ini
Kesedihan yang selama ini ku citacitakan
Tak sekedar pedih, hanya mengejar perih
Sakit lebih dari sekedar penyakit
Terlalu baik untuk membuat hidup ini lebih buruk
Telah ku telan habis tiap manis getir yang pernah
terpendam 
Pernah ku muntahkan tiap tangis yang lama teriris

Bius aku dengan katakata indah
Biar ku nikmati, ku hisap tiap nafas angkuhmu
Agar menjadikan hidup segera meredup
Agar menjadikan dengki semakin keji
Mencoba memahami halhal yang hanya sekedar membuncah menjadi pecah
Memproduksi sumpah dengan ungkapan janji serapah
Proses kesedihan berakhir tanpa akhir

Aku menertawakan halhal yang kini telah ku lalui
Mengimbangi teori melalui praktek mencaci maki
Membudayakan budaya jawa dengan ungkapan aku rapapa
Halhal bodoh dengan busung dada garda terdepan
Kemudian menghilang tanpa sedikitpun berselang
Seperti kisah sejarah yang di paksa menjadi sampah

Maka ku biarkan kenyataan ini menjadi khayalan
Membiarkan mataku tetap terlelap dalam kesedihan
Kepedihan yang memang harus di rayakan
Kemudian diam memendam dendam





















Bedono, 2021



Sepuluh Detik Terakhir


Tulisan ini ku buat pada detik pertama
Ketika aku kembali teringat tentang kau

Adalah seorang yang pada akhirnya akan terkenang
Yang menumbuhkan luka
Yang menjadi abadi dalam kata

Pada detik ke lima ini
Aku mencoba menyudahi tulisan ini
Agar sedih segera sudah

Akan ku kubur dalamdalam semua kenangan
Agar pada detik terakhir ini
Tak kan pernah ada lagi beban dalam ingatan














Mei 21

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...