Jumat

Sesal ll


 Adalah omong kosong tentang obrolan basa basi
Di suatu malam yang pekat dingin dan menggigil
Angin dan hembusan napas napas hidung beringas
Remang pada pijar warna warni hitam dan kelabu
Kabut bergelut dengan sayup sayup iringan tangis
Menutup kebencian yang terhalang
Memendam kesedihan yang mendalam

Adalah gelap yang menyekat mencekam dan membungkam
Selembar kisah lumrah yang terjual dengan murah
Tercipta dari otak berlumur berak
Tak pernah terbaca tak pernah terlupa
Salah satu kisah indah terbungkus kantong sampah
Penyesalan telah menyesal
Kehilangan telah hilang
Remuk dalam kengerian tedalam
Hancur pada kecemasan kepergian
Berbulan telah tertekan
Bertahun telah bertahan
Cerita usang menahan linang
Cerita kelam membungkam kenang

Adalah ketakutan dalam kenyataan
Hanya ada penyesalan tak akan ada pembalasan
Setahun telah berlalu menggebu dan membisu
Telah membekas hampa menebas menahan luka
Keadaan telah memaksa menjadi biasa
Upaya meredakan nyeri membungkus perih hati
Perbaikan iman dan ketaqwaan
Pemulihan batin yang telah lama tergores
Renovasi moral pada keyakinan
Pembersihan dendam terdalam dari pengkhianatan
Sisi kanan yang membuka jalan terang
Telah terlewat mencipta sebuah tawa











Jurang, 31 Desember 2021







Minggu

Kisah lumrah


 Tentang sebuah keluh dan tetesan peluh
Otot dan segenap urat yang kuat
Punggung punggung kokoh dan dua tangan yang ringan
Hentakan demi hentakan demi sepiring makan dan harapan
Tua urusan angka semangat tetap berkeringat
Telapak telapak tangan dan kapalan tetap mengepal
Sekop persekop ratusan kali tanpa henti
Kerja keras tanpa ruang kelas terbayar pas dengan imbas
Sebuah upaya pemuatan bahan bangunan
Sebuah usaha untuk saling menguntungkan
Pasir untuk sebuah rumah megah
Terbeli harga lumrah terjual tanpa serapah
Muat! Muat! Muat!
Tanpa saling rebut nomor antrian selalu menyebut
Salah satu kenyataan usaha mendapat makan
Ikhlas tanpa pamrih alibi membuang kalori
Penantian panjang tentang uang jajan
Tetap semangat meski punggung turut bingung
Tetap semangat walau kenyataan menanggung beban













Muntilan, 21 12 2021

Sabtu

Di Balik Jeruji Besi


 Hancurkan rencana pembelaan
Produksi alibi budak mucikari
Skeptis isolasi mandiri
Rantai tangan arogansi jeruji besi
Berontak dalam pengkhianatan
Berteriak di injak, basuh dengan berak
Mengemis sekeping keadilan
Tanda tanya sekepal janji ingkar
Malapetaka penghancur sekujur lebur
Renovasi dan penghancuran batin
Di sekat keras tertindas
Dinding angkuh dan borgol besi
Saksi kejam yang mematikan
Irama berdetak pada jantung yang retak
Segumpal kepal dan setapak jejak
Sebagai bukti penindasan
Sebagai bukti kekejaman
Hidup semakin tak hidup
Pembalasan sekujur seumur hidup
Melawan tertekan mengumpat tertikam
Inilah pembuktian
Di balik tirai baja dan kesedihan
Kemanusian yang adil dan beradab
Kemanusian yang tertekan dalam kengerian
Hak hidup kewajiban kesakitan
Tak berhak melawan bertahan dan tertekan
Sumpal mulut dan hantam
Rotan melayang punggung yang malang
Merah membekas memar dan membiru
Tulang yang retak kepala yang botak
Saksi keji yang mematikan
Lembaga pemasyarakatan dalam kenyataan
Keteraturan yang tak teratur
Telah memproduksi kekejaman
Telah menciptakan dendam











LP Ambarawa 2020









Festifal Pembalasan


 Api menghitam semakin mencekam, bebatuan berserak berteriak
Bahan bakar daging dan tulang yang malang
Sungai telah mengalir darah dan nanah
Tercabik, tertikam di hantam keras kepala pecah
Rantai rantai panas melilit sakit
Daging daging tercecer di himpit hancur melebur
Tamparan keras yang menyakitkan
Teriak keras terinjak kejam
Mulut tersumpal selembar hinaan
Diri terikat terpasung jerat sekarat
Bola mata keluar bisu dan tuli
Adalah sakit yang sesungguhnya
Adalah pembalasan perbuatan
Adalah kengerian dan kesakitan
Adalah keabadian.
Ya Allah ampunilah semua dosa-dosa hambamu ini
Berikanlah hamba hidayahMu
Tunjukanlah jalan yang lurus
Berikan kebaikan dunia akhirat
Sesungguhnya hamba tak akan sanggup melihat panasnya api nerakaMu
Hanya kepadaMu hamba meminta pertolongan
Aamiin




Jurang, Desember 19



Senin

Hancurkanlah


 Ini adalah lirik yang pernah aku tulis beberapa tahun lalu

Senandung lagu perih
Kesengsaraan dalam balutan bait sakit
Kata-kata menjelma luka
Luka-luka menganga
Terus menggerus pada batin terdalam
Semakin hancur
Semakin terbebani semua
Ini adalah koma terperih
Merintih dengan alunan nada-nada lirih
Aku hancur
Aku luka
Aku hancur
Aku luka
Sakit tak terperi
Membekas sebelum mengering
Nada-nada minor
Sumbang dalam kepala
Jika benar aku sakit
Sembuhkanlah
Sembuhkanlah
Dengan sapaan harmoni penuh 
Atau sebaliknya
Sebaiknya bunuhlah aku
Kembalikanku
Pada titik terendah
Hancurlah
Hancurkan aku




November 6 2017


Propaganda Iblis


Dalam luka tak pernah ada

Saat perih tanpa merintih

Kau adalah batu

Keras tanpa mengeluh

Ketika kau melawan semua yang menghalangimu

kau coba patahkan semua

Hancur dan tak ada yang tersisa

Kau adalah baja

Panas saat kau terbakar

Ketika semua pergi menjauh

Kau mengejar sampai mendahuluinya

Tetap kau hancurkan hingga yang tersisa adalah pedih

Kau adalah busuk

Berjubah kehancuran menggandeng semua petaka

Matamu telah buta dan kau tetap dungu

Hingga akhirnya kau tetap saja bodoh

Ini adalah duniamu

Dunia dengan lingkar kesesatan

Tercipta dari rahim kedengkian

Kau coba menampar semua keyakinan

Dan kau yakinkan semua pada kebusukan

Semua terbelenggu

Terjerat ajaran dunia baru

Kau tetap saja batu

Membabi buta pada kenyataan perusak moral

Tak kau hiraukan semua

Tak kau pedulikan semua

Ini akan menjadi propaganda busuk

Menjadikan semua mahluk patuh dan tunduk

Semua yang takhluk segalanya buruk

Mencipta neraka, neraka dan surga

Kau masih saja batu

Membentuk naluri mental bejat

Membuat yang benar menjadi cacat

Saat semua menjadi budak

Saat semua menjadi gila

Tuhan dan setan dan raja

Replika nabi-nabi dan babi

Bersabda senggama berdosa berdoa

Kitab-kitab proposal laba

Semua adalah palsu

Semua akan hancur

Semua akan musnah











Ambarawa, 2016  









Petaka Teologi Babi


Hitam yang gelap yang pekat

Kelam dan keji dan kejam

Harkat adalah martabat adalah laknat

Manusia bersemedi manusia akan mati

Saat dunia dan setan dan tuhan

Bersama ciptakan rasa

Bersama ciptakan bencana

Neraka mengumpat menghujat

Surga melarat sekarat

Kitab-kitab dan kertas dan bekas

Sampah keyakinan ujian serapah

Nabi-nabi dan babi dan tai

Penyebaran ilmu rekrut moral kekotoran

Adalah busuk adalah hina adalah nista

Malaikat dan pantat dan sesat

Mengharap pahala dan norma dan senggama

Dewa-dewa akan pulang

Ke negeri ladang berhala

Raja-raja akan pulang

Ke negeri pekarangan neraka




25 September 2016



Doktrin politeisme


 Hilang semua kepercayaan

Saat dogma omong kosong bersabda di depan muka
Jiwamu tersesat dalam sisi gelap
Kanonisasi otakmu yang kian sempit
Khotbah mereka adalah sampah
hanya geneologi palsu yang mereka sampaikan
Membajak masa lalu yang telah berdebu
Kalian telah terseret dalam jurang sesat
Di paksa untuk memeluk suatu kepercayaan yang tak di akui
Doktrin tentang politeisme dalam penuturan eufemisme
Sakramen yang akhirnya kotor
budak pergadaian nyawa otakmu kosong
Sesumbar neologisme tentang fatwa hanya tujuan utopia
Ekaristi tanpa akhir
Secuil roti untuk yang mati
Segelas anggur yang mereka muntahkan
Tentang tujuan surga yang mereka cipta
Semua tersesat ke dalam lembah nista
Semua sia-sia
Semua ke neraka



Jurang 2015  

Coretan Iblis


Aku adalah busuk
Merotasi hidup dalam sampah menumpuk
Aku adalah bangkai
Membentuk bingkai pada keyakinan tak searah
Dogma elegi konspirasi
Semua telah membebani keyakinan
Naluri sengsara terjerumus pada rumus kekafiran
Norma-norma perilaku sperma
Doktrin-doktrin dalam dunia binatang
Aku adalah iblis
Mengajari semua cara memperkosa
Jilat habis ludahi mutilasi
penggal kepala tanpa sisa
Hancur leburkan isi perut
Aku adalah dendam
Memendam benci rasa iri terakhir mati
Toleransi dengki dengan belati
Semua akan mati
Semuanya mati




Jurang, Remang malam
November 2016



Jumat

Aku & Hujan


 Lalu suara petir memekakkan telingaku
Di teras rumah di sebrang jalan
Kemudian gerimis memberiku salam "Damai basah dan resah"
Bau hujan yang menusuk penciumanku
Dan jalan aspal yang hitam mulai tampak pekat
Orang orang berteduh segera kopi di seduh
Hangat tak melulu soal peluk kasih atau cerah mentari
Segera badai angin tampak sibuk menyibak pepohonan
Lambat laun hembusan demi hembusan menampar sekujur diri
Dan dingin ini menembus sendi sendi hangat melemahkan semangat
Basah semakin resah semakin membius perasaan dan beban
Ingatan tentang kau ingatan tentang masa lampau
Seketika mencairkan jantungku yang telah lama membeku
Sebagai trauma yang datang secara tiba tiba
Berharap hujan ini segera reda
Aku berupaya mengalihkan pikiranku tentang kau
Memalingkan pandangan sebagai upaya menghalau luka
Pura pura tegar dan memejamkan mata lalu bertahan dengan dingin angin
Ohh, hujanku yang membuatku menggigil
Tenangkanlah jiwaku yang terombang ambing sebab masa lalu
Apakah aku akan cukup kuat ketika menghadapi ini semua
Bantulah tubuhku agar tetap berdiri tegar
Berikanlah secuil semangat dengan tetesan airmu
Semoga aku mampu menjalani resah ini
Mampu menghentikan perang semoga sedih berganti terang






Jurang, November 2018




Sabtu

Kepada Bunga


Kepada bunga yang mekar di malam hari

Terima kasih telah menjadi sesuatu yang mengagumkan

Kelak, kau akan layu lalu mengering, perlahan saja, jangan buru-buru pergi

Aku telah merawatmu sejak lama, menyirami batang dan akarmu setiap pagi dan sore

Aku bangga melihat tumbuhmu , sejak dari kecil dulu, sejak kau belum menjadi bagian dari hidupku

Terima kasih telah membuatku tersenyum melihatmu

Kelak, semoga akan ada yang menggantikanmu, secantik kau di waktu pagi dan malam hari

Aku akan merindukanmu

Terima kasih telah menjadi semerbak dengan wangimu, tak akan pernah terganti sebagai nanti ptada ingatan




Jurang, Juli 2020




Jumat

APRIL II 2019


Selangseling waktu berlalu

Begitu cepat berputar

Begitu cepat berganti

Jarum jam yang terus berputar

Berganti melewati angkaangka

Berpacu memproduksi waktu


Kini telah tiba; saatsaat yang ku sebut tepat

Yang sudah genap yang berupaya lewat

Saat kemudian hari melewati hari

Ketika bulan melewati bulan

April dan segala jalan yang berkerikil

Dan tahun yang akan tetap terlewat


Mencoba memberikan yang terbaik

Menerima kepedihan yang terburuk

Siap menerjang, menelan dan melawan

Hajar bantai habisi

Melawan sadis dengan senyuman sinis

Tangan kanan menggenggam parang

Tangan kiri, rasa iri, nyeri sekujur diri


Gilas lindas dengan wajah beringas

Tak pernah tersisa tak akan terganti

Kelam sudah sebuah derita

Menjunjung tinggi rasa kebencian

Menggapai rendah sebuah kepedihan





Jurang, April 2019


Selasa

Vertigo ll

Siapa yang perduli dengan obat pusing?
Minyak kayu putih, balsem, ataupun koyo cabe sekalipun..
Kalian sok tau menganggap semuanya baik-baik saja.
Kepalaku sakit!
Kepalaku seperti di jatuhi beban yang teramat berat.
Sungguh, ini sangat menyakitkan teman!
Jika kalian tau rasanya, pasti kalian tak akan cukup kuat merasakan ini
Di benturkan ke selokan, di pukul, di hantam keras di gilas..
Coba bayangkan? Coba temui yang seperti aku! Sakit!!!
Lebih sakit dari yang pernah ada.. bahkan untuk menangis saja, susah.
Ini sudah cukup! Kelewatan memang.
Bertubi tubi di hancur leburkan, tercabik, otakku yang seperti teracak acak. Sakit!
Semua memang kejam! Bahkan kurang sejengkal mendekati sekarat!
Aku pikir, aku akan mati, lalu kalian akan tertawa dan merayakan kematianku.
Ahh, otakku ! Aku sakit!
Ada seorang pengkhianat di belakangku, ada juga seorang yang ingin menikam jantungku dari depan.. Silahkan!!!!
Hancurkan saja semua!! Hancurkan! Ketika kau tahu kehidupan ini berjalan dengan damai.
Siapa yang ingin pergi dalam keadaan tidak utuh? Siapa yang ingin mati dengan jantung tertikam, tubuh terpotong, otak tercecer dan bau darah yang mengering? Siapa??????
Bahkan mereka yang menentang Tuhanpun tak pernah mau memimpikannya..
Sungguh, biadab!!!!
Di mana perikemanusiaan kalian???? Di mana????
Apa kalian telah tuli? Atau kalian memang buta? Hati nurani yang lama mati!!!
Coba liat, bocah kecil yang bersender di lampu merah itu, dia haus, dia kelaparan dan hampir mati.. Apakah hatimu tak bergetar melihatnya? Banyak di sekeliling kita yang telah pergi dengan cara konyol, kelaparan, di bacok, di hajar, di injak-injak, di tembak, dan mati di mutilasi.. Apa yang dapat kita banggakan kawan????
Sungguh teramat keji !!!
Hidup saling tusuk menusuk, mencari makan, demi sesuap kebanggaan sesaat.
Hidup yang tak pantas!!!
Dimana kedamaian ini? Kebahagiaan sewaktu kecil?
Semuanya telah hilang tanpa selang, semua memang benar-benar berantakan.
Apakah kalian menyesal telah menyelamatkan nyawa orang yang akan melayang?
Mungkin kalian tak sependapat, tak pernah mengerti tentang mati.
Tak pernah berpikir, merenung, mengapa sampai ada kelicikan, kebusukan dan kengerian lainnya.
Sampai pada titik ini, apakah aku telah sakit jiwa?
Apakah kalian memang buta? Hati nurani yang terbungkus tai.
Ada banyak hal yang tak pernah sependapat dengan pikiran ini, menggerogoti jiwa-jiwa layu penyebar fitnah, menginjak yang lemah.
Sadarlah kawan!!!! Hiduplah pada kematian, kalian akan merasakan kedamaian..










Bedono, Juli 2021


 

Membekas


Remang telah pergi terganti menjadi terang

Hati yang lapang dan cinta yang usang

Antara kepergian dan kedatangan

Adalah tentang kesakitan dalam satu kutukkan

Sebuah proses dengan jalan yang berliku

Sebuah proses menghasilkan hati yang terluka

Upaya sembuh dan segenap sakitnya

Perlahan pergi dengan sejumlah umpatan

Perlahan menghilang membawa kebencian


Sekarang, aku berusaha menghilang dalam ketakutan

Berusaha menyamarkan sebagian luka, membungkus tanpa suntikan bius

Menyulam kesakitan dengan dendam terpendam

Mencoba merapatkan sayatan-sayatan pada lengan

Agar sembuh bukan hanya sekedar angan

Agar penderitaaan tak akan lagi menjadi beban


Sudah hampir tujuh bulan, setelah takdir tuhan berjalan

Aku melangsungkan hidup dengan berpura-pura tegar

Menghirup nafas kotor kesengsaraan

Mengumpat, menghujat, menelan mentah sekarat

Hidup yang malang dengan tekanan keterpaksaan

Mengibarkan bendera kekalahan menanam prasasti kesendirian


Semoga ada banyak langkah untuk tidak mengeluh

Semoga ada banyak angan untuk sebuah harapan

Kesakitan dan penderitaan dan pengkhianatan

Telah pergi menghilang bersama waktu

Telah melebur, hancur dan membekas





Magelang, September 2021


Adalah Aku lll


Aku tak perduli pendapat mereka apa, merangkai kata hingga kau muntah, parodi serapah bisa kau sebut gila.
Tapi ini adalah soal kekhawatiran seorang laki-laki pengecut, buta dan tuli, tanpa pikir panjang, ia menikmati kesendirian, sepi, senyap, beban pada kepala tak berotak. Lalu, yang merasa di tinggalkan, merugi, menikmati, seakan dunia hanya tinggal tulang tanpa hati.
Di sinilah aku mulai acuh pada semua, semua yang hidup dan semua yang pura-pura mati, kecuali padamu, pada rona wajah merah dengan mata teduh.
Gambarlah bayanganmu sendiri saat kau berjalan, umpatlah dengan penuh kemarahan, karena kau tak akan pernah bisa hanya dengan peduli pada sesuatu yang kau benci, kau perlu membiasakan hari burukmu ketika menjelang tidur, menutup jendela kamar, mendengarkan musik, lalu ketika pagi hari tiba, kau tak pernah berubah, kau tetap menjadi seorang pengecut.
Sadarlah kawan, hidup ini akan terus berjalan, bumi akan tetap berputar pada rotasi dendam, benci dan hati yang luka, maka berubahlah untuk dirimu sendiri, bernyanyilah dengan nada burukmu, menangislah seakan lusa adalah hari terakhir kau menghirup udara dingin. Semoga kau sembuh, Bangun dan berlarilah!!
















Jurang, 28 Mei 19


SEGERA BERAKHIR


 

Adalah hujan dengan basah dan gigil

Tentang dingin malam atau hembus angin

Lalu suara gemuruh dan hati yang rapuh

Menghancur leburkan angan menyayat semangat

Kini tidak ada satupun yang ingin di selamatkan, mencoba membiarkan kesakitan demi kesakitan

Menoreh kembali luka  yang sedang ku perbaiki

Teriris, tergores, perih yang semakin mendidih


Adalah air yang menetes dalam kisah sedih

Tentang kepergian atau kehilangan

Tentang menggabungkan tangis atau menyulam dendam

Sedang, ada beberapa hal yang memang harus di biarkan

Jerit sakit, kecewa dan segala lukanya

Kesatuan kesedihan yang memang harus di lupakan

Pemulihan akan segera berakhir

Tanpa dendam tanpa pembalasan



Magelang, 2021







SADARLAH


Apa yang kau ceritakan kepada teman temanmu?

Apakah tentang kesedihanmu menjalani kekecewaan

Apa yang kau kabarkan kepada sekelilingmu?

Apakah tentang kesakitanmu menemui patah hati?

Dan apa yang bisa kalian banggakan?

Cerita yang kau sampaikan, manis getir hidup yang telah lama terlupakan

Kisah kisah lumrah yang terbeli dengan harga murah?


Apa yang bisa kita upayakan?

Merencanakan kematian pada kebiasaan yang kita lakukan

Bermewah mewah, menyombongkan diri pada sekeliling orang

Merendahkan yang di bawah, menjunjung tinggi arti iri dengki

Bahkan kita tak pernah berpikir, bagaimana cara menjemput kematian dengan cara yang di benarkan

Melakukan hal hal yang salah, melahirkan kebencian terdalam

Apakah kita bisa berbuat banyak?

Untuk melakukan perbuatan yang di anggap baik

Ataukah memang, kengerian dan kerusakan dan kehancuran selama ini hanya akan menjadi cerita di hari lusa


Sadarlah Kawan! sebelum semua berakhir bersama penyesalan

Hiduplah dengan kebaikan kebaikan yang telah di ajarkan

Teruslah hidup tanpa dendam kebencian dan kemunafikan

Sampai pada waktunya kita akan kembali

Semoga kematian menghampiri kita dengan kelembutan






Jurang, 21


Sabtu

Menyangkal Bencana


Luka yang ku pikul beban yang masih mengumpul
Jantung telah terpasung oleh harapan yang terbendung
Memporak porandakan sebuah kenang menggantikan kekecewaan
Luka tersembunyi di balik dinding cemas resah gelisah 
Menjadikan jiwa pucat mengasingkan diri pada sepi

Bencana dan air mata terus mengalir dalam rintih tangis
Hembusan sadis tiap nafas beringas terus melintas
Menjadikan setiap hidup semakin meredup
Upaya mengobati kesengsaraan berakhir pengkhianatan
Tikaman dari depan sembunyi di belakang

Kotor penuh noda, meninggalkan jejak jantung yang terkoyak
Tersayat kebengisan dari upaya pemulihan tangis
Terhimpit sakitnya kehinaan dan kengerian
Terbujur kaku menyingsing penderitaan hidup
Sayatan demi sayatan dan umpatan mengasingkan

Sembuh hanya sepenggal kata untuk berlabuh
Terus tergerus dalam kejamnya kesakitan
Di bungkus, di gilas, di buang di hancurkan
Rasa sakit yang semakin menjerit
Membungkam petaka membasuh air mata









Kamar, Mei 2018

Jumat

Maaf


 Maaf untuk semua bunyi yang telah memekakkan hati

untuk setiap jantung yang merasakan getaran beban

Maaf untuk setiap telinga yang tak kuasa mendengar keras suara kertas
untuk semua kebisingan, kehancuran, dan kekacauan yang telah terjadi

Maaf untuk setiap jiwa yang rentan dengan segala luka
Untuk setiap benci, dendam dan meriahnya ramadhan

Maaf untuk segala kenangan, tentang seseorang yang datang lalu pergi meninggalkan
Untuk semua perasaan yang terbebani dan setiap hati yang tersakiti

Maaf untuk setiap kesedihan, kesepian, kekecewaan yang telah lama terpendam
Untuk setiap kehampaan, ketakutan dan kengerian yang pernah menjadi beban

Maafkan..

Kami hanya manusia yang rindu masa lalu, merindukan bunyi bunyi setahun sekali
manusia yang butuh hiburan setelah sekian lama memikul beban kenyataan

Kami hanya manusia yang selalu ingin menyembuhkan sakit yang telah lama terjangkit
manusia yang sedang memulihkan seluruh perih yang tiap kali merintih
Dan kami hanya manusia yang berupaya mengobati luka menganga di dada

Maafkan kami..

Semoga setelah ini tak akan pernah ada lagi hati yang menanti sabagai sepi, tak akan pernah ada lagi jerit sakit, sedih dan perih..

Terima kasih.





Dalam kehancuran,Jurang, Mei 2021



Rabu

Trauma


 Telah ku mantapkan hati tuk terus tertekan

Membungkus perasaan dalam balutan kesedihan
Harapan dan angan berakhir kehancuran
Marah dan murka dan terluka
Samar terus menggerus terinjak dan terhunus

Pedang yang kau tancapkan akan terus menjadi nyeri sekujur diri
Menghancur leburkan sebuah kisah yang semakin berdarah
Terhina tercampak terbuang dan terlupakan
Terhimpit sadisnya rasa sesal yang meradang
Semua yang terjadi akan menjadi katakata tanpa makna

Nafas yang berhembus dan batin terbius
Mencoba menghentikan perang demi sebuah pinangan
Menyangkal nalar menyumpal logika
Perih terluka menganga sakit jiwa
Terus terhunus terkoyak kengerian

Selaksa kenang yang tak kan pernah terulang
Jera akan kenyataan walau akhirnya akan menghilang
Luruh pada genggaman tersulut api dendam
Trauma dan lukanya tangis dan air matanya
Telah menghilang hancur dan melebur




Semarang, Mei 2019



Selasa

Masih


Aku ingin seperti dulu, seperti saat aku masih bisa merasakan kebahagian,
merasakan hangatnya mentari, merasakan pelukmu ketika malam
di mana saat itu aku bisa tidur nyenyak lalu bermimpi tentangmu
Namun sekarang, semua telah berubah kau telah pergi, menjauh dan melupakan semuanya.
Kini hanya aku, luka dan beberapa goresan yang masih tetap membekas dalam jiwaku.
aku tak pernah tau sampai kapan hati ini akan hancur, jiwa ini selalu perih di saat aku benar benar ingin melupakanmu, menikmati luka yang sangat menyakitkan.
Aku hanya berpikir untuk terus hidup dan mencoba menyembuhkan luka walau sudah tak ada lagi seseorang yang mengajari cara untuk menjadi tegar di saat aku kehilangan semangat.
Apa kau tau? yang membuatmu tetap dalam pilihanmu, semua tak pernah kau tau kebenarannya saat kau tetap pada pilihanmu, kemudian kau berusaha meyakinkan kenyataan jika pada akhirnya semua tak pernah kau dapatkan.
Aku di sini selalu berdoa agar kau tetap sehat, selalu bahagia dan semoga tak kan pernah mengulangi semua yang telah kau perbuat padaku, walau akhirnya kau tetap pada pendirianmu, aku akan tetap meyakinkan jika kau tak akan membuat orang lain mencoba menikmati kepedihan seperti yang ku alami saat ini.
Rasanya sangat menyakitkan, jika boleh kau mengerti kau bukan hanya sekedar sketsa bagiku, sampai saat ini goresan darimu masih membekas.





















kamar, 10 Maret 2015

Senin

Senandung Desember


 Cukup, semua telah berlalu, tinggal menanti datangnya mati
Sosok yang selama ini ku banggakan

Lebih baik menghindar, pergi, hilang, lenyap
Sudah terlalu sering menangis di bawah malam
Menangisi ketidakmungkinan, menghabisi semua harapan
Tinggal berlalu, membiru, dan membatu
Benar dan salah dalam genggaman
Bahkan tak ku mengerti antara baik dan buruk
Tinggal selangkah maju, dua langkah mundur
Lebih dominan memendam kesedihan

Sekarang bukan waktunya untuk ungkapkan sedih
Lebih terbaca dari wajah pucat penuh benci
Adalah tentang marah
Adalah tentang membalas
Marah yang kian membuncah, tak pernah sanggup untuk ku rubah
Hati yang tinggal perih, tinggal tersisa ruang bersedih
Tak ada harapan, tak kan pernah ada penantian, berantakan.

Selamat tinggal untuk hati yang pernah tinggal
Tak pernah ku sesali antara datang dan pergi
Selamat jalan untuk jiwa yang pernah datang
Jiwa yang selalu menjadi kenang dalam hening
Tak kan pernah ada kekecewaan lagi selain ini
Tak kan pernah ada lagi luka sedalam ini
Tak kan pernah ada lagi sedih yang segera sudah

Aku bangga menjadi bagian dari hidup yang fana
Bangga menjadi harapan yang pernah salah
Terima kasih untuk setiap waktu yang pernah kita lewati
Meski kadang, aku ingin sekali tetap menetap
Tapi semuanya hanya tinggal ingin dalam angan
Sebuah upaya paling sempurna untuk tetap meratap

Terima kasih.

















Magelang, Desember 2020

Mohon Maaf


 Maaf lahir batin yaa..

Aku minta maaf pada diriku sendiri
Diriku memang buruk, namun disisi lain diriku juga baik
Maka, Maafkan segala kesalahanku
Aku sayang diriku.









Remang, 13 Mei 2021

Tuhan, maaf


Ada jawaban yang mengharuskanku berpikir ulang, merenung atau setidaknya aku harus lebih dewasa, aku harus lebih siap hancur untuk beberapa kali lagi, menerima semua jawaban terburuk itu, menerima kenyataan yang selama ini aku takutkan.

Adalah kisah yang hampir sudah, cerita kesedihan yang paling dalam.

Ya, aku adalah korban, aku adalah pelaku.

Seimbang memang, seorang laki-laki pendiam dengan seribu luka di dada

Adalah korban kebencian, adalah kesedihan, adalah ketakutan, jalan yang kau berikan.

Yang benar benar serius menjadikan perjalanan ambisi menghasilkan tai

Yang mengharapkan imbalan hanya memproduksi umpatan kejam


Ada yang harus di luruskan memang, satu jalan yang bergelombang dan laut yang tak tenang

Mengumpulkan puing kepingan hati yang memang harus di perbaiki

Di beri asupan baru layaknya kemenangan sebuah perjalalan panjang

Memberikan sebuah jalan terang menuju akhir kesedihan

Membabibuta pada prinsip ketidakberdayaan

Menghakimi perasaan sendiri sebagai ungkapan kebencian

Ya Tuhan, ampunilah Dosadosa yang pernah ku perbuat

Lindungilah hamba dari panasnya api neraka-Mu

Aku tak sanggup melihat api bekerja, membiarkan air bergelombang tak tenang, menginjak rendah tanah yang masih basah

Bebaskan aku, tenangkan jiwaku

Menjalani hidup ini yang semakin berantakan, melihat dunia yang semakin hancur

Tolonglah aku Tuhan..


Seluruh yang rapuh telah ku temui, membiarkan hidup semakin redup

Kehidupan yang diam membiarkan hati terpendam, tertutup oleh semangat mengantarkan ke ruang bimbang

Minimalisir takdir yang semakin getir, pikiran yang lemah dan jiwa yang pasrah

Sungguh, seluruhnya memang hina, tak bermakna

Maafkan aku Tuhan..





















Bedono, 2019


Sabtu

Musnah.


Dalam diam menangis
dalam sepi membantah
berjuang melawan hati yang beku
merampas tawa yang sesungguhnya
terbayar luka yang tak kunjung berhenti menghadang
luka membaur bersama duka yang mendalam
terbalut pedasnya kicauan burung berpendidikan
memendam beribu kotoran yang memuakkan
Persetan!

Enyahlah dalam kehancuran
matilah bersama hati tak bernurani
biarkan semua hening tanpa sebuah suara teriakkan
tanpa sebuah kata-kata menyakitkan
tentram dengan kehangatan sang fajar yang menghunus jiwa
abadi dalam kesedihan yang tak akan pernah padam
berkobar membendung bahagia yang menjemput
syair kemurkaan terdengar merdu diatas cinta menyakitkan
derita tertuang dalam tinta hitam
bunuh semua kebiadaban yang tak berhati
bangun dari kelamnya diam yang tak dihargai
bangkit dari terpuruknya peduli yang terabaikan
dan beranjak pergi dari kesabaran yang di sia siakan

Lelah telah padam
menyerah telah datang
tak mau lagi menanam rasa yang akan membawa perih menyiksa
sirna!

Berserakan menempati seluruh ruang inti
terinjak kebohongan terima kenyataan
aku lelah tuk kuatkan diri
melawan dunia kejam yang perlahan ingin membunuhku
menantang tangis yang sebenarnya kini terselubung didalam diri
Akulah pembohong sejati
yang ingin terlihat tegar dihadapmu
yang ingin selalu tersenyum saat kau didekatku
yang ingin tunjukkan padamu bahwa aku bukan orang yang lemah karenamu
yang ingin katakan padamu bahwa aku baik tanpa kamu
walau jauh dari matamu, aku tertatih sendiri
walau tanpa kau tau, aku perlahan musnah
tapi aku masih disini , menangisi semua yang terjadi





Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...