Jumat
Sesal ll
Minggu
Kisah lumrah
Sabtu
Di Balik Jeruji Besi
Festifal Pembalasan
Senin
Hancurkanlah
Propaganda Iblis
Dalam luka tak pernah ada
Saat perih tanpa merintih
Kau adalah batu
Keras tanpa mengeluh
Ketika kau melawan semua yang menghalangimu
kau coba patahkan semua
Hancur dan tak ada yang tersisa
Kau adalah baja
Panas saat kau terbakar
Ketika semua pergi menjauh
Kau mengejar sampai mendahuluinya
Tetap kau hancurkan hingga yang tersisa adalah pedih
Kau adalah busuk
Berjubah kehancuran menggandeng semua petaka
Matamu telah buta dan kau tetap dungu
Hingga akhirnya kau tetap saja bodoh
Ini adalah duniamu
Dunia dengan lingkar kesesatan
Tercipta dari rahim kedengkian
Kau coba menampar semua keyakinan
Dan kau yakinkan semua pada kebusukan
Semua terbelenggu
Terjerat ajaran dunia baru
Kau tetap saja batu
Membabi buta pada kenyataan perusak moral
Tak kau hiraukan semua
Tak kau pedulikan semua
Ini akan menjadi propaganda busuk
Menjadikan semua mahluk patuh dan tunduk
Semua yang takhluk segalanya buruk
Mencipta neraka, neraka dan surga
Kau masih saja batu
Membentuk naluri mental bejat
Membuat yang benar menjadi cacat
Saat semua menjadi budak
Saat semua menjadi gila
Tuhan dan setan dan raja
Replika nabi-nabi dan babi
Bersabda senggama berdosa berdoa
Kitab-kitab proposal laba
Semua adalah palsu
Semua akan hancur
Semua akan musnah
Ambarawa, 2016
Petaka Teologi Babi
Hitam yang gelap yang pekat
Kelam dan keji dan kejam
Harkat adalah martabat adalah laknat
Manusia bersemedi manusia akan mati
Saat dunia dan setan dan tuhan
Bersama ciptakan rasa
Bersama ciptakan bencana
Neraka mengumpat menghujat
Surga melarat sekarat
Kitab-kitab dan kertas dan bekas
Sampah keyakinan ujian serapah
Nabi-nabi dan babi dan tai
Penyebaran ilmu rekrut moral kekotoran
Adalah busuk adalah hina adalah nista
Malaikat dan pantat dan sesat
Mengharap pahala dan norma dan senggama
Dewa-dewa akan pulang
Ke negeri ladang berhala
Raja-raja akan pulang
Ke negeri pekarangan neraka
25 September 2016
Doktrin politeisme
Coretan Iblis
Jumat
Aku & Hujan
Lalu suara petir memekakkan telingaku
Di teras rumah di sebrang jalan
Kemudian gerimis memberiku salam "Damai basah dan resah"
Bau hujan yang menusuk penciumanku
Dan jalan aspal yang hitam mulai tampak pekat
Orang orang berteduh segera kopi di seduh
Hangat tak melulu soal peluk kasih atau cerah mentari
Segera badai angin tampak sibuk menyibak pepohonan
Lambat laun hembusan demi hembusan menampar sekujur diri
Dan dingin ini menembus sendi sendi hangat melemahkan semangat
Basah semakin resah semakin membius perasaan dan beban
Ingatan tentang kau ingatan tentang masa lampau
Seketika mencairkan jantungku yang telah lama membeku
Sebagai trauma yang datang secara tiba tiba
Berharap hujan ini segera reda
Aku berupaya mengalihkan pikiranku tentang kau
Memalingkan pandangan sebagai upaya menghalau luka
Pura pura tegar dan memejamkan mata lalu bertahan dengan dingin angin
Ohh, hujanku yang membuatku menggigil
Tenangkanlah jiwaku yang terombang ambing sebab masa lalu
Apakah aku akan cukup kuat ketika menghadapi ini semua
Bantulah tubuhku agar tetap berdiri tegar
Berikanlah secuil semangat dengan tetesan airmu
Semoga aku mampu menjalani resah ini
Mampu menghentikan perang semoga sedih berganti terang
Sabtu
Kepada Bunga
Terima kasih telah menjadi sesuatu yang mengagumkan
Kelak, kau akan layu lalu mengering, perlahan saja, jangan buru-buru pergi
Aku telah merawatmu sejak lama, menyirami batang dan akarmu setiap pagi dan sore
Aku bangga melihat tumbuhmu , sejak dari kecil dulu, sejak kau belum menjadi bagian dari hidupku
Terima kasih telah membuatku tersenyum melihatmu
Kelak, semoga akan ada yang menggantikanmu, secantik kau di waktu pagi dan malam hari
Aku akan merindukanmu
Terima kasih telah menjadi semerbak dengan wangimu, tak akan pernah terganti sebagai nanti ptada ingatan
Jurang, Juli 2020
Jumat
APRIL II 2019
Selangseling waktu berlalu
Begitu cepat berputar
Begitu cepat berganti
Jarum jam yang terus berputar
Berganti melewati angkaangka
Berpacu memproduksi waktu
Kini telah tiba; saatsaat yang ku sebut tepat
Yang sudah genap yang berupaya lewat
Saat kemudian hari melewati hari
Ketika bulan melewati bulan
April dan segala jalan yang berkerikil
Dan tahun yang akan tetap terlewat
Mencoba memberikan yang terbaik
Menerima kepedihan yang terburuk
Siap menerjang, menelan dan melawan
Hajar bantai habisi
Melawan sadis dengan senyuman sinis
Tangan kanan menggenggam parang
Tangan kiri, rasa iri, nyeri sekujur diri
Gilas lindas dengan wajah beringas
Tak pernah tersisa tak akan terganti
Kelam sudah sebuah derita
Menjunjung tinggi rasa kebencian
Menggapai rendah sebuah kepedihan
Jurang, April 2019
Selasa
Vertigo ll

Membekas
Remang telah pergi terganti menjadi terang
Hati yang lapang dan cinta yang usang
Antara kepergian dan kedatangan
Adalah tentang kesakitan dalam satu kutukkan
Sebuah proses dengan jalan yang berliku
Sebuah proses menghasilkan hati yang terluka
Upaya sembuh dan segenap sakitnya
Perlahan pergi dengan sejumlah umpatan
Perlahan menghilang membawa kebencian
Sekarang, aku berusaha menghilang dalam ketakutan
Berusaha menyamarkan sebagian luka, membungkus tanpa suntikan bius
Menyulam kesakitan dengan dendam terpendam
Mencoba merapatkan sayatan-sayatan pada lengan
Agar sembuh bukan hanya sekedar angan
Agar penderitaaan tak akan lagi menjadi beban
Sudah hampir tujuh bulan, setelah takdir tuhan berjalan
Aku melangsungkan hidup dengan berpura-pura tegar
Menghirup nafas kotor kesengsaraan
Mengumpat, menghujat, menelan mentah sekarat
Hidup yang malang dengan tekanan keterpaksaan
Mengibarkan bendera kekalahan menanam prasasti kesendirian
Semoga ada banyak langkah untuk tidak mengeluh
Semoga ada banyak angan untuk sebuah harapan
Kesakitan dan penderitaan dan pengkhianatan
Telah pergi menghilang bersama waktu
Telah melebur, hancur dan membekas
Magelang, September 2021
Adalah Aku lll
SEGERA BERAKHIR
Adalah hujan dengan basah dan gigil
Tentang dingin malam atau hembus angin
Lalu suara gemuruh dan hati yang rapuh
Menghancur leburkan angan menyayat semangat
Kini tidak ada satupun yang ingin di selamatkan, mencoba membiarkan kesakitan demi kesakitan
Menoreh kembali luka yang sedang ku perbaiki
Teriris, tergores, perih yang semakin mendidih
Adalah air yang menetes dalam kisah sedih
Tentang kepergian atau kehilangan
Tentang menggabungkan tangis atau menyulam dendam
Sedang, ada beberapa hal yang memang harus di biarkan
Jerit sakit, kecewa dan segala lukanya
Kesatuan kesedihan yang memang harus di lupakan
Pemulihan akan segera berakhir
Tanpa dendam tanpa pembalasan
Magelang, 2021
SADARLAH
Apakah tentang kesedihanmu menjalani kekecewaan
Apa yang kau kabarkan kepada sekelilingmu?
Apakah tentang kesakitanmu menemui patah hati?
Dan apa yang bisa kalian banggakan?
Cerita yang kau sampaikan, manis getir hidup yang telah lama terlupakan
Kisah kisah lumrah yang terbeli dengan harga murah?
Apa yang bisa kita upayakan?
Merencanakan kematian pada kebiasaan yang kita lakukan
Bermewah mewah, menyombongkan diri pada sekeliling orang
Merendahkan yang di bawah, menjunjung tinggi arti iri dengki
Bahkan kita tak pernah berpikir, bagaimana cara menjemput kematian dengan cara yang di benarkan
Melakukan hal hal yang salah, melahirkan kebencian terdalam
Apakah kita bisa berbuat banyak?
Untuk melakukan perbuatan yang di anggap baik
Ataukah memang, kengerian dan kerusakan dan kehancuran selama ini hanya akan menjadi cerita di hari lusa
Sadarlah Kawan! sebelum semua berakhir bersama penyesalan
Hiduplah dengan kebaikan kebaikan yang telah di ajarkan
Teruslah hidup tanpa dendam kebencian dan kemunafikan
Sampai pada waktunya kita akan kembali
Semoga kematian menghampiri kita dengan kelembutan
Jurang, 21
Sabtu
Menyangkal Bencana
Jumat
Maaf
Rabu
Trauma
Selasa
Masih
Senin
Senandung Desember
Mohon Maaf
Tuhan, maaf
Adalah kisah yang hampir sudah, cerita kesedihan yang paling dalam.
Ya, aku adalah korban, aku adalah pelaku.
Seimbang memang, seorang laki-laki pendiam dengan seribu luka di dada
Adalah korban kebencian, adalah kesedihan, adalah ketakutan, jalan yang kau berikan.
Yang benar benar serius menjadikan perjalanan ambisi menghasilkan tai
Yang mengharapkan imbalan hanya memproduksi umpatan kejam
Ada yang harus di luruskan memang, satu jalan yang bergelombang dan laut yang tak tenang
Mengumpulkan puing kepingan hati yang memang harus di perbaiki
Di beri asupan baru layaknya kemenangan sebuah perjalalan panjang
Memberikan sebuah jalan terang menuju akhir kesedihan
Membabibuta pada prinsip ketidakberdayaan
Menghakimi perasaan sendiri sebagai ungkapan kebencian
Ya Tuhan, ampunilah Dosadosa yang pernah ku perbuat
Lindungilah hamba dari panasnya api neraka-Mu
Aku tak sanggup melihat api bekerja, membiarkan air bergelombang tak tenang, menginjak rendah tanah yang masih basah
Bebaskan aku, tenangkan jiwaku
Menjalani hidup ini yang semakin berantakan, melihat dunia yang semakin hancur
Tolonglah aku Tuhan..
Seluruh yang rapuh telah ku temui, membiarkan hidup semakin redup
Kehidupan yang diam membiarkan hati terpendam, tertutup oleh semangat mengantarkan ke ruang bimbang
Minimalisir takdir yang semakin getir, pikiran yang lemah dan jiwa yang pasrah
Sungguh, seluruhnya memang hina, tak bermakna
Maafkan aku Tuhan..
Bedono, 2019
Sabtu
Musnah.
Kematian I
Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...



















