Ia tak pernah berharap basah di antara resah daun gugur
Dan ranggas pepohonan ranting ranting yang patah oleh angin
Dan debu debu serta deru deru suara gemuruh rindu
Hati ia tak pernah menangis di pagi atau malam tiba
Hanya ilalang dan rumput rumput kecil yang menggigil di sepertiga malam
Rindang pepohonan yang hilang di serbu kemarau
Daun daun yang kuning dan terpaan salam di ujung jalan
Tak henti henti memberi kabar; bahwa hujan belum tiba
Tak' apa meski laut masih tenang dengan sejuta gelombang
Meski tanah basah tak membuat hati tetap singgah
Dan kabar ini telah sampai kepada seseorang di seberang sana
Memberitahu jika kemarau akan masih berjalan memberi harapan
Kemarau dan rindu akan segera bertemu pada jingga sore
Bersama menikmati detik detik dan detak detak jantung sebelum pekat
Kemarau tak juga meminta gelap tiba
Hanya sekadar gulita dan pulas menikmati mimpi mimpi
Sementara pagi tetap menunggu datangnya mentari
Bersiap menghangatkan seluruh dingin kehidupan
Memberikan senyum cerah melayani sepenuh hati
Dan panas terik berteriak mengeringkan segala basah
Yang menjadikan sore adalah sebuah anugerah
Kemarau hanya berharap agar jingga tak segera berlalu
Agar rindu akan segera menceritakan masa lalu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar