Minggu

Hari Penebusan Dendam












Hidupku tak lagi terasa sepi

Semenjak ada kebencian ini

Hariku tak pernah sesuram malam

Selepas aku menaruh dendam

Bagai di depan pintu yang ringkih

Peberontak siap mendobrak

Menghancurkan mencipta luka


Nurani kadang tak pernah berpihak

Menyesatkan yang bathil dan yang hak

Mengecewakan batin dan perasaan

Adalah janji yang di ingkari

Barangkali pembohong yang mengaku jujur

Tak bernurani lebih dominan tak punya hati


Kini hidup semakin konyol

Dengan protokol mulut tersumpal kontol

Bernafas sesak tanpa paru paru yang rusak

Sebuah dendam yang dalam

Akan terbalas dengan tuntas

Akan kau tebus tanpa setetes bius





Bedono, Februari 2021


 

Senin

Mengakhiri Sedih


Kau pernah paksakan mentari
Memaksa tuk gelapkan perasaan
Menghancurkan yang telah sejalan
Meleburkan seluruh angan dan harapan

Kau juga pernah pedulikan malam
Yang memaksa diri tuk gelapkan hati
Menyeretku dalam lorong kosong
Menyayat jantungku ke ruang bimbang

Tapi kini, kau tak akan bisa menemuiku lagi
Karena aku telah pulang dengan tenang
Telah kembali pada takdir yang getir
Kembali untuk sebuah keterpaksaan
Dan tak akan pernah ada lagi kesedihan









Muntilan, Maret 2018

Jumat

Kemarau lll


 Kemarau tak pernah meminta hujan tiba

Ia tak pernah berharap basah di antara resah daun gugur

Dan ranggas pepohonan ranting ranting yang patah oleh angin

Dan debu debu serta deru deru suara gemuruh rindu

Hati ia tak pernah menangis di pagi atau malam tiba

Hanya ilalang dan rumput rumput kecil yang menggigil di sepertiga malam

Rindang pepohonan yang hilang di serbu kemarau

Daun daun yang kuning dan terpaan salam di ujung jalan

Tak henti henti memberi kabar; bahwa hujan belum tiba

Tak' apa meski laut masih tenang dengan sejuta gelombang

Meski tanah basah tak membuat hati tetap singgah

Dan kabar ini telah sampai kepada seseorang di seberang sana

Memberitahu jika kemarau akan masih berjalan memberi harapan

Kemarau dan rindu akan segera bertemu pada jingga sore

Bersama menikmati detik detik dan detak detak jantung sebelum pekat

Kemarau tak juga meminta gelap tiba

Hanya sekadar gulita dan pulas menikmati mimpi mimpi

Sementara pagi tetap menunggu datangnya mentari

Bersiap menghangatkan seluruh dingin kehidupan

Memberikan senyum cerah melayani sepenuh hati

Dan panas terik berteriak mengeringkan segala basah

Yang menjadikan sore adalah sebuah anugerah

Kemarau hanya berharap agar jingga tak segera berlalu

Agar rindu akan segera menceritakan masa lalu













Jurang, Juli 2020

Kamis

Nyanyian Dendam


















Senandung kesedihan telah tercipta
Menampar satu luka dan kau terlena
Irama tangis mengiringi sebuah marah
Di bungkam dendam yang suram
Tak pernah terbalas
Hanya membekas dan tak terhapus

Rona wajah marah yang memerah
Menampik seluruh kebencian tercekik
Raut yang kalut dan menyedihkan
Rusak di luar kehancuran di dalam
Iringan nada nada minor yang kelam
Menghantam satu kehidupan yang usang
Seluruh ingin pernah ku berikan
Sebagian angan telah kau muntahkan
Mencoba memberikan yang terbaik
Mendapat separuh yang terburuk

Inilah milah sebuah kebencian
Menghapus yang telah tertulis
Mencela yang pernah terbaca
Denting suara parau yang hening
Sunyi suara burung hantu pada kemarau
Bernyanyilah sampai tertidur pulas
Agar seluruh dendam bisa terbalas





Semarang, Maret 2021


Majas Kebencian


Dan keputusasaan muncul kembali

Menggenggam diri, menunggu waktu yang telah berlalu

Kekecewaan mendalam mendasar melampaui palung terdalam

Merasa diri terkurung sepi menjalani hukuman diri sekujur nyeri

Memikul beban derita menggores kembali sebuah luka


Dan kesedihan datang menerjang memulai perang

Memporak porandakan jantung yang telah lama diam

Kebencian muncul sebagai prasasti dendam

Menyayat kejamnya sebuah pengkhianatan

Trauma atas kejadian serupa, sengsara menggerus sakit hati


Dan pengkhianatan membara membakar sebuah tawa

Memenjarakan sadis sebagai hukuman kekecewaan

Memendam mengubur masa silam sebagai ungkapan dendam

Terpenjara tanpa teralis menggabungkan tiap perih dan tangis

Kesedihan menumpuk membentuk bergumpal gumpal remuk

Hati telah terkunci sebagai bentuk hitamnya sebuah benci


Dan kebebasan memuja menghakimi sekujur diri

Mengalahkan sebuah luka yang lama menganga

Dendam telah terlahir kebencian belum berakhir

Kebebasan yang kelam menuju sebuah lebam

Tragis teriris menikam tragedi sebuah benci




               




Magelang, Maret 2022


Merapikan Kenangan










Separah apapun lukamu, aku berharap kau tentu bisa untuk menyembuhkannya.

Seiring berjalannya waktu, seiring kesibukan yang kau sendiri bingung untuk menjalaninya.

lambat atau cepat semua akan berakhir meski sebenarnya masih ada sedikit goresan-goresan bekas lukamu yang mungkin akan kau jadikan kenangan.

Semoga kenangan itu bisa kau pertimbangkan tanpa harus kau lupa, di saat kau bosan dengan dunia, di saat kau bimbang untuk memilih sesuatu yang menurutmu adalah kenyataan dan seketika itu kau akan kecewa tanpa kau sadari sebelumnya.

Kau akan merasakan sakit, menelan kembali perih hingga kau muntah, kau merasakan sesuatu yang seharusnya tak akan kau ceritakan pada duniamu. Kau bisa saja diam dan tak harus menyesal.

Dan kau tau? Kenangan tetap akan jadi kenangan, begitu juga luka, kau selalu di paksa untuk menikmatinya, berhari-hari, bulan hingga tahun. Barangkali ia sengaja membuat hatimu hancur, membuat otakmu berantakan dan darahmu akan mendidih.

Tanpa kau sadari di saat itulah kau akan menjadi seorang yang kuat, kau akan bisa menjadi tegar di kemudian hari dan hatimu tak lagi sakit ketika luka itu datang untuk yang kesekian kali.

selebihnya, Kau akan bangga dengan hari-harimu, di mana kau akan bangga pada dunia yang harusnya tak pernah kau benci sebelumnya.

-menurutku akhir yang bahagia ketika seorang sepertiku bisa memilikimu. - Tanpa pernah aku berpikir memilikimu adalah hal yang tak waras.

Aku ini lelaki, walau pada kenyataanya aku juga bisa terluka, rapuh, bahkan menangis, meski air mataku akan jatuh hanya ketika dalam kesendirian.

Tentu saja Tuhan tak terlalu membebaniku sampai saat ini.

Walau pada kenyataanya juga aku tak terlalu patuh pada ajaran-Nya.

Kau tau jika kenyataan adalah hal yang paling tidak bisa kau hindari? Semestinya kau tak berhak untuk memakinya, - aku berharap semoga kenyataanmu saat ini tidak terlalu buruk, meski kau tau itu adalah awal yang menurutmu sangat menyakitkan, seperti yang pernah ku tau, kenyataan memang selalu begitu ketika awal dan akhir harus saling bertemu, lalu saling menyesal.

Lantas untuk apa selama ini kau menyembunyikan semua itu?

Bersembunyi dari pertanyaan-pertanyaan yang belum kau ketahui jawabannya, berdiam diri, lalu kau berpura-pura untuk tetap tegar, mencoba memulihkan semua dengan kekecewaan, bahkan jika takdirmu telah terukir getir, kemudian kau akan menyambut semua kepedihan, perih lalu kau akan merintih, mengulang kembali kesedihanmu hingga kau menyadari semuanya.

Masih belum sadarkah? Aku tak akan memaksa, meski menurutku ini sangat menyakitkan.

Jika kau tau, disini masih ada pintu yang terbuka lebar untukmu, masih banyak obat yang bisa menyembuhkan lukamu.

Disini, Kau bisa membuka lembaran baru, menulis cerita terbaikmu dan menceritakannya pada dunia, seiring lukamu akan mengering kau tetap bisa mengubur dalam semua kenangan lalu dan kau akan mengingatnya lain waktu ketika kau mempertanyakan siapa yang membuatmu terluka.

Malam ini, aku masih saja bersama bayangmu, bukan ragamu, masih ku coba merapikan semua kenangan, mencoba memahami semua yang telah berlalu dan mengenang setiap kenangan tanpa harus menangis.

Namun, jika ternyata tak akan ada lagi yang melakukan hal seperti ini, akan ku coba tetap menunggu hingga kau menyadari jika kau bisa saja melupakan semua kenanganmu namun kau tak akan pernah bisa untuk menghapusnya, yang mungkin akan tetap seperti itu.

Akhirnya ku beranikan diri pada kenyaatan jika semuanya telah kau sia-siakan dan ternyata kita hanya mencoba memulihkan luka yang sebenarnya tak ada.















Jurang, Maret 2016

Rabu

Memisah Resah
















Sebab hujan tak pernah meminta agar segera reda

Maka terang tak melulu soal sesiapa yang menang

Dan kalah bukan barang tentu telah menyerah

Bantulah agar segera berbenah, berusaha untuk berubah kemudian kembalilah pada titik di mana sebuah masalah akan baik baik saja

Barangkali menghentikan peperangan lebih baik ketimbang mengadu domba memproduksi bermacam luka.

Memikul beban yang rentan dengan segala persoalan, jauh lebih berkesan daripada membenci menimbulkan banyak sakit hati.

Anggap saja kemarin hanyalah kabut di pagi hari, sebentar tersinari mentari, menghilang terganti terang.

Bantulah untuk terus berusaha tersenyum ceria, sebab air mata tak kan mungkin bisa menghapus luka, barangkali hanya bisa memisah resah, membasuh kenang yang tak kunjung menghilang.

Kini hujan telah pergi, menyisakan dingin sejuk sebuah sesal yang memenggal

Mentari telah datang membawa terang, membawa sebagian rasa yang pernah hilang

Kabar yang tersampai telah memeluk hangat tubuh ringkih yang lusuh

Memberikan secercah semangat, mencerahkan hidup yang telah redup

Barangkali jawaban telah sampai kepada hati yang pernah tinggal

Tentang persoalan yang menghasilkan upaya perbaikan akal serta pikiran

Tentang bagaimana cara untuk tetap memilih angan memilah sebuah harapan

Sebagai ungkapan pasti yang tak akan terganti tak mungkin terbeli

Telah merasa cukup meski hidup adalah penyesalan, adalah tentang pemulihan

Pertanyaan telah cukup terjawab dengan jelas meski bayang bayang belum sepenuhnya menghilang

Meski kata kata hanya soal melegakan hati yang terluka

Maka sembuhkanlah dengan lapang dada obati dengan senang hati

Upayakan demi suatu harapan meneruskan hidup

Teruslah berjalan meski jejak jejak tak pernah seirama dengan detak

Dan detik akan terus berputar sekalipun jantung kehilangan angan

Tetaplah berbenah demi menjemput sebuah kemenangan

Agar hidup tetaplah hidup, barangkali mati bukan persoalan sakit hati

Sedalam ini, kesedihan telah perlahan pergi menjauh, pelan jauh menghilang

Mengarungi setiap hati yang rindu dengan kejamnya masa lalu

Menembus dinding dinding rasa yang sejatinya pernah teluka

Penyesalan, kekecewaan, kebencian telah menemukan peluk kehangatan

Menemukan sebuah harapan yang tersimpan di waktu silam

Semoga bisa mengobati sebagian luka menjemput menemukan tawa







Semarang, Maret 2021

Sajak Pemulihan


 Aku ingin berbagi kisah pada rekah bunga merah

Menceritakan seluruh keluh pada daun gugur
Sebuah upaya penyembuhan 
Sebuah ancaman menyedihkan

Merenungkan sepi melambaikan gelap senyap 
Hal hal mustahil yang seluruhnya akan mengalir
Menggigil menembus batas yang dingin dalam angan
Tesipu tertunduk layu pada serapah masa lalu

Sang fajar yang menyingsing menggandeng kenang
Dingin dan rindu yang segera berlalu
Berbagi kisah dalam hangatnya kasih
Memberi dan meminta berharap pulihkan luka

Hal hal sekadar yang tak pernah wajar
Kisah kisah sedih dalam balutan kesedihan
Satu jejak menghentikan sebuah tangis dan teriak
Usaha menghapus dendam yang terpendam

Semoga ancaman menghilang tanpa berselang
Kebencian menemukan titik terang dan hilang
Lekas terbilas tanpa meinggalkan bekas
Sejuk datangnya mentari semoga mengobati















Jurang, Maret 2019

Selasa

Maret dan pertanyaan


Apa yang kau ketahui perihal maret?
Tentang perjalanan pulang dan kesalahan
Tentang kepergian dan merelakan perpisahan
Bagaimana cara agar kesedihanmu hilang?
Mengobati segala luka di dada
Menyembuhkan seluruh sakit yang kian menghimpit
Lalu bagaimana agar dendammu padam?
Dan pemulihan segenap perih yang tengah merintih
Upaya sembuh dan sesak di dada dan trauma
Apa kau bisa membayangkan?
Merasakan seluruh perih yang semakin mendidih
Menjalani sebuah jalan dengan memikul beban
Aku bisa saja lari dari kehidupan dari banyaknya kehilangan
Berjalan, kemudian berlari dari buruknya hidup dan kegagalan
Pulang kepada masa depan yang sering di bicaran
Atau, kembali pada masa lalu yang penuh dengan berbagi rindu
Bagaimana agar kebencian hilang?
Seperti halnya dengan segenap dendam pada sebuah diam
Akan ada banyak kesedihan, penyesalan, pesakitan yang dalam
Hidup seperti gila, memeluk gelisah berselimut resah
Apa yang akan kau katakan dengan seluruh trauma?
Upaya pemulihan yang tak kunjung pulih
Penyelamatan sebuah hidup dan segenggam marah yang membuncah
Pengkhianatan, kebencian kemudian dendam yang dalam
Tak akan pernah selesai, tak mungkin akan berakhir
Semua masih akan berjalan, berdampingan, menggandeng setiap luka yang membara
















Jurang, 1 Maret 2022

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...