Selasa

Sang Tuan.

Irama menghentak naluri berteriak
Mengibas keras menggilas menguras
Propan tuan kita di bungkam derita
Napas napas terjerat melarat
Kita dan sebuah kebutaan
Menampar kejamnya dua kuping dan tuli
Sebuah moral teradili dengan belati
Terkoyak tercabik di bius ranggas pohon kamboja
Sang dewi yang malang dengan parang di tangan
Darah yang tercucur dan perih yang merintih
Sakral bagi sang tuan dendam bagi yang diam
Mulut mulut kafir dan manis hidup yang getir
Tersumpal ceceran sampah termakan sumpah serapah
Sang tuan yang tak bertuan
Telah menggerus pahitnya siksa kesakitan
Pernah menggampar iman kesesatan
Kotbah kotbah tentang kedengkian
Melabrak batasan halal dan haram
Sejarah atas nama agama budaya dan kultur kufur
Membantai ketaqwaan memproduksi kebencian
Sepinya sebuah derita dan ramai sebuah siksa
Terombang ambing dalam rumus kebidaban
Satu khotbah dan tumpukan sampah
Sebuah fatwa dan bencana dan trauma
Tergampar bobroknya kehidupan barat
Agama tanpa pembebasan
Perlawanan melawan mencipta kehancuran
Mulut di bungkam menelan api dendam
Wahai sang tuan berjalan dengan satu tujuan
Proklamasi pantat doktrin penyesat
Wahai sang tuan kuasa di babat habis menangis
Di gempur hancur religius yang rakus
Hidup pada sebuah kematian
Melawan di tebas meloncat di babat
Kaum kaum segan dan ketidakadilan tuan
Ajaran ajaran sinis pengabdian sang iblis
Bodoh dalam mengawal bebal pada urusan binal
Barisan anti pengaruh dan ribuan buruh
Di paksa muntah dengan segelas anggur
Sodomi kaum adam perkosa kaum hawa
Keji kejam dalam kehidupan binatang
Sang tuan dan sebilah parang pada gengggaman
Siap menebas mencincang selangkangan
Siap menggilas mencacah batin yang kalah
Sebuah teologi menyakiti upaya penyembuhan sakit hati
Kebengisan sang tuan yang murka
Mengintai setiap jiwa jiwa yang terluka
Budak budak yang lapar terkapar
Terbujur kaku menyingsing masa lalu
Dunia telah terkubur hancur
Mengisahkan selembar dendam yang gugur










 









Jurang, 22 feb 2017






Senin

Upaya Gagal


Dengar, bunyi bunyi itu telah memekakkan telinga kita
Bunyi yang bebas berulah menghancurkan seluruh masalah
Soal soal yang sebelumnya belum pernah terjawab
Pertanyaan yang pernah gagal dalam menyatakan persoalan
Kini telah ada di hadapan kita
Mari dengarkan demi sebuah kenangan
Nikmati rasa nyeri sekujur hati
Genggamlah tangan kita, rasakan perihnya luka

Tak terasa duabelas tahun telah berlalu
Tak henti henti menertawakan sebuah kisah yang salah
Adalah tentang pulang, tentang sebuah pinangan
Tentang menggabungkan dua kepedihan
Sepasang lara yang terlanjur hancur melebur
Rasa yang buruk membuat hidup semakin remuk
Ketidaknormalan perasaan dan setumpuk persoalan

Lambaian tangan dan langkah kaki yang kalah
Terus menjadi beban cobaan yang menyedihkan
Berlomba berjuang berharap untuk terus menetap
Dan akhir yang telah awal takdir yang terukir gagal
Penyesalan menyesal menikam dan menyimpan dendam
Kekecewaan meradang menyayat perih merintih
Segala trauma dan seluruh batin yang luka
Kebencian mengembalikan seluruh angan menggores harapan
Rintih tangis getir yang terus mengalir
Membius kesadaran membungkam kesakitan

Selamat untuk sang pemenang
Salam hangat untuk sang pecundang
Perjuangan telah selesai dengan penyesalan mendalam
Pengorbanan yang gagal dengan teriakan sesal meradang
Perlawanan telah mundur dan hancur kemudian melebur
Kebencian hanya menyisakan perihnya luka di jiwa
Upaya mengobati batin yang lama tersiska
Tak pernah selesai walau gagal telah terpenggal
Tak pernah sembuh meski bekas sering kali di bilas






Semarang, 22.02.2022




Kamis

VERTIGO III


Mual perut dan muka kusut
Kalang kabut!
Adalah hari minggu tanggal tigabelas februari
Berguncang, tergoyang, mata kunang kunang
Adalah hasil fermentasi antara dini hari dan bergelas gelas kopi
Jatuh tersungkur, merangkak, menabrak dinding meja
Pelan pelan berdiri, memberi semangat diri sendiri
Perabot perabot yang bergerak, meja kursi dan gelas gelas
Seperti seirama dengan datangnya nada
Seperti memberi isyarat demi sebuah kekacauan
Mata yang semakin kabur dengan bilur bilur kepasrahan
Tangan bergetar, sekeliling berputar dan kembali terkapar
Byaarrrr !!!!
Kedua kalinya pengendalian ini buyar.
Tubuh menggigil dan perasa yang hampa
Fix ! Selamat datang masa lalu.. tanpa undangan kau kembali datang
Silakan bantai,habisi, gerogoti sekujur diri ini
Aku sudah muak!
Haruskah aku menelan lagi dan lagi, ku muntahkan semua isi hati
Aku telah benci dengan rasa nyeri
Menelan pil mentah dan muntah
Angan angan yang terus berputar melemahkan segala sadar
Aku seperti kehabisan tangan untuk terus bertahan
Terima kasih, pernah datang lalu pergi meninggalkan
Terima kasih, tanpamu, Aku tak akan pernah sekuat ini
Dan Terima kasih, untuk semua rasa yang sangat membebani kepala
Akan ku kenang meski dengan sadar pernah menghancurkan









            







Jurang, Februari 2022

Minggu

Membekas lll

Kau begitu yakin dengan keputusanmu

Walau sia sia sudah kekecewaan mendalam

Meski sisa sisa kesedihan tetap berpihak padamu

Yang tak habis pikir : "pengkhianatan mengapa harus dalam"

Lebih lebih kepada hati yang tak salah

Dan pulang tetap akan terkenang meski menyisakan banyak linang

Percayalah, sekeras diamku merenung, tak akan pernah sampai

Kau tak pernah paham tentang segala maaf, tentang kata meminta menerima

Kau hanya begitu sibuk berupaya menghalau luka, mengobati segala lara

Mengembalikan senyum itu

Rona wajah yang telah berubah tentang salah

Sampai pada titik ini, diam adalah langkah sebuah dendam

Tak akan berhenti meski pada titik terendah sebuah benci

Tak akan berpaling walau pengkhianatan menebas kemudian membekas

Soal kepedihan yang paling sedih, telah tertelan dalam penderitaan

Ingatan yang terburuk dan perasaan yang paling remuk

Untuk hidupku barangkali secuil untuk dirimu

Tak akan pernah luruh, menghilang dan terhapus












 Jurang, feb 2020








Senin

Aku dan Dosa


 Aku yang dosa dan gelombang yang bergelimang
Terombang ambing di laut laut mati
Terbawa ombak, tergerak bebas di laut laut lepas
Dan karang yang bimbang menahan lamunan
Kapal kapal bersandar bertengger dan bertengkar
Laut yang mati dan sebuah pesan dari hati
Hembus hembus aroma asin dan terasing
Percikan percikan basah yang bergulir pada wajah
Aku dan semua yang berdosa tinggal menunggu siksa

Aku; tetaplah aku pada sisa waktu masa lalu
Yang bergelimang remang pada laut laut tak tenang
Yang rindu sebuah salah di antara desir angin dan angan
Di rimba hulu, di sisi hilir yang akan tetap mengalir
Deras, keras, terus menyisir di antara wajah wajah getir
Laut begitu luas, begitupun samudera di antara kita
Jarak yang tak berarak tak sampai harus meminta
Sekali lagi, selagi pantai masih memberi arti untuk menepi
Aku tetaplah aku yang berdosa
Yang akan tertampar debur, yang akan hancur melebur
Yang tak tersisa bentuk, yang remuk kehilangan renjana








Pati, Februari 2018










Sabtu

MENGHIMPUN KESEDIHAN


 Barangkali kesedihan ini memang akan lebih lama tinggal
Berusaha untuk terus sembuh dari sakit kemudian gagal
Perih yang menekan batin memenggal seluruh kesadaran
Di paksa untuk tetap menikmati sayatan
Di sumpal kejam membius hati yang lebam

Tak perlu banyak persoalan agar bisa terjawab benar
Tak usah banyak bicara, bencana di depan mata
Aku yang bercerita panjang lebar dan tetap terkapar
Aku yang muak dengan himpitan kenang
Aku yang benci dalam memendam dendam
Tak perlu berbenah, benarpun aku tak pernah
Semua hanya sia sia, tak pernah tersisa, habis termakan usia
Sebuah kolaborasi penenang dan pecundang yang tak pernah menghasilkan apapun

Anggap saja, lusa adalah drama menoreh luka, tetap semangat putus asa
Himpunan luka atas nama kesedihan telah datang dengan menggenggam dendam
Gagah dan gigih kemudian ringkih
Harapan sembuh kemudian kambuh
Kesedihan yang layak untuk terus terkoyak
Kesakitan yang dalam pada persoalan pengkhianatan

Kini penyesalan telah datang menerjang, menjejali seluruh hati yang akan mati
Kekecewaan, penderitaan dan kehidupan yang buruk
Proses menyayat jantung yang telah lama tergores
Menikam, menancapkan kembali sebuah belati sekujur diri
Sakit lebih dari nyeri, terkapar pada tumpukan berbagai memar
Dan luka yang memang benar benar menyala, menghidupi seluruh yang pernah rapuh





Semarang,  Februari 2019








Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...