Jumat

LUPA


Aku tiba-tiba lupa cara berjalan
Setelah aku jatuh
Aku tiba-tiba lupa cara menjaga
Bahkan sebelum aku memiliki
Aku lupa, aku benar-benar lupa cara itu





























March,18



Sabtu

Aroma nona


Kau begitu wangi, nona
Aku mencium kau dari mimpi panjangku
Menusuk nusuk ku lebih dalam dari dasar hati
Semerbak merobek koyak pada jantung ku

Kau begitu wangi, nona
Aku menyapa kau dari kejauhan angin
Menciumi hidung kau yang dingin
Kulit kau yang lembut

Dan, kau begitu wangi, nona
Sampai tetes yang menghantarkanku habis
Kau telah membius segala indra
Kau telah terpahat pada kecil hatiku



















Cerah pagi, 19








Patah.


Tak bisa menyambung.




































































Dalam gigil, 2018



Jumat

11, 11, 18


Kau kah itu?
Luka di atas meja yang hampir setiap waktu bisa ku maki dengan bebas, ku jejali dengan kata-kata kotor, ku umpat dengan segala rasa sakit.
Kau kah itu?
Laki-laki senyap penuh tanda tanya, ketika diriku bertanya adakah yang lebih baik dari membagi-bagi rasa dan perihal berdua kau tak mengerti. Kau tak pernah paham, bisakah kau keluar sebentar, pergi merenungkan beberapa hal yang belum kau mengerti?
Tapi, kau hanya diam disini, tak bergerak, tak ada kata apapun yang keluar dari mulutmu, kau hanya menangis.
Usaha mengobati luka, kini hanya harapan, putus asa mungkin akan menjadi teman di waktu malam, kau tiba-tiba menjadi berantakan, kacau, entahlah
Aku lelah.









Dalam remang, 11, 11, 18

Terima Kasih 2


Bahwa di dalam sana ada yang lebih parah, dasar hati namanya. Ia tak terlihat, ia hanya bisa di rasakan, jika tumpukan luka masih saja mengendap, menjadi beban, bergemuruh, perih.
Jika mungkin suatu saat kau temukan aku bersedih, percayalah itu adalah sakit yang paling dalam karenamu, sebab kau tak lagi jadi rumahku untuk berpulang, tak pernah lagi jadi tempatku berkeluh, kau telah berubah menjadi sibuk untuk melupakanku, sedang jasadku masih sibuk menyembuhkan dada yang sesak, masih sibuk menyembuhkan sayatan demi sayatan, badai, dan apapun yang membuat perih jasad ini.

Aku bersumpah demi setiap perih yang terlanjur membusuk, demi semua waktu yang telah berlalu, akan ku kubur dalam-dalam bahwa luka darimu adalah abadi.
Rindu kini telah menjadi beku, menjadi keras, menjadi batu.
Setiap detik yang ku lalui adalah sakit, kau tau? Dan melupakan kita adalah seperti menambahkan tikaman pisau baru di jantungku, sedang perasaanku masih tak pernah berubah, aku mengasihimu.

Kini, ku pahami setiap jengkal jarak yang pernah terlewati, mencoba mengerti arti sebuah perjalanan yang tak pernah sampai pada harapan.
Kepergianmu menyisakan banyak kesedihan, menyisakan ribuan luka yang tak sempat kau lihat, kau sungguh tak perduli, seperti pertama kali saat kau dan aku belum jadi siapa-siapa.
Terima kasih



































Feb 2019

Kisah yang telah ku bakar









































































Dalam sedih, waktu malam

Kamis

Merawat Keburukan



Ketika kau butuh seseorang dan tak ada satupun yang datang, mengeluhlah ah, mereka memang tak lebih perduli ketimbang mencaci, berpurapura empati. silahkan berdoa sepuasnya biar Tuhan kabulkan permohonan kebencian kalian. Semuanya sudah sedih melihat jalan-jalan ramai pinggiran sampah, pohon-pohon yang diam tersumpal dendam, asap solar dan serangkaian bau busuk umpatan para pemarah.
Di sini, di suatu pegunungan, tempatku belajar tentang marah, tentang kesedihan, tentang ketakutan akan hukuman yang menanti, menggigil, berkeringat, sekarat dan tentang kebahagian yang pernah ku lalui walau hanya menjelma sebagai angin, sebagian berterbangan ke antah berantah, entah.
Aku memang keterlaluan, berpikir buruk, selalu tidak perduli pada katakata yang ku tulis, pada omongan omongan tetangga masa kini yang lebih sakit bila kau makan tanpa kau masak dulu, tapi di sini bukan kebencian yang ku maksud, juga bukan tentang kemarahan yang selalu ku pendam indah lalu akan tumpah di kemudian saat.
Telah sejak lama beban ini mengumpul, bersabar mengepal berarak abuabu dalam anganangan, kalian dan mereka sama, tetap pada kenyataan yang sangat pahit, menelan mentah sakit, luka perih yang lama sembuh, jiwajiwa yang kedap mengendap amarah, teriris perih merintih lirih.
Lalu di kemudian hari yang sangat sepi, rintikrintik tangis malam hari, Aku sedih melihat awanawan berjalan menjatuhkan air yang ku kira asin, mata air yang telah lama tumpah.
Namun, tak lama semuanya tibatiba berhenti, senyap kemudian, menjadi air mata.
Ada apa yang terjadi? Merenung menjadi jalan asing menuju rumah duka, Menjemput harapanharapan yang sedang ku rapikan sendiri.
Jantung, dan paruparu yang lemah, semakin lelah. Poripori, keringat, gumpalan masamasa indah yang terlalu sedih, serta langkahlangkah yang melenggang lunglai, semua masih milik ku, masih milikmu. Mana yang lebih sibuk mengenang?
Di sini, aku masih sibuk merenung, masih berharap pada ketidakpastian yang entah akan pasti atau tidak, aku tidak akan perduli pada apa yang akan aku dapat, sakit atau sedih, samasama rasa. Aku akan tetap merawatnya dengan baik.








Sebuah kisah, 5^6^19

Rabu

Kegundulanku


Aku tak lagi gondrong Dek.
Pertanda, dengan kegundulan ini
Aku masih waras jika menginginkanmu.








Koangan, 2019

Kegondronganku


Setelah kegundulan itu aku sengaja membiarkan kegondrongan ini terjadi lagi Dek.
Pertanda, menginginkanmu adalah hal yang tak waras. Dan aku akan segera menjauh darimu menuju kegilaan - Lagi.








Tempat lain, 2018

Sudah yang Belum



Masihkah kau ingat? Tentang apa yang tak pernah tertulis..
Percayakah kau ketika tinta hitamku habis untuk mengingat tentang kita?
Coba ulangi lagi apa yang pernah kau lakukan tentang ingatan yang sudah kau lupakan apakah semudah membalikan hati? Membalikan tanpa rencana lebih buruk di banding melupakan ingatan yang terlanjur mendarah, seperti menyudahi yang belum berakhir, semacam memulai yang telah berakhir. 
Telat. Di sekat pagar tumpul yang telah berkarat bertahun. Ah, memang karat! Waktu itu ada sebuah bunyi keluh.
Aku harus lari menjauh, lalu mendekat biar di kira gila! Atau harus pergi dan tibatiba kembali pada caci maki mati. Sudah, jangan lagi kau hiraukan perkataanku yang hampir semua bohong, yaa, anggap saja, pembohong sialan sepertiku hanya perlu sedikit tamparan, umpatan, dan hujatan agar tertarik lagi, atau malah terombang ambing lalu tenggelam lelap dan memang harus pergi.














Kamar, 8/06/19

Berpikir


Kadang kadang aku berpikir, kenapa aku berpikir?
Tapi, kadang kadang aku tidak punya pikiran untuk berpikir.
Caraku berpikir, jika aku tidak berpikir. Tapi kenapa aku tidak berpikir?
Aku tidak berpikir apa apa, sebab, apa apa yang aku pikir tidak pernah menjadi apa apa yang aku pikirkan.
Jadi untuk apa aku berpikir untuk tidak berpikir?
Aku tidak pernah berpikir kenapa aku tidak berpikir.
Lalu, kau bertanya kenapa aku tidak berpikir?
Karena yang ku pikirkan adalah berpikir tanpa tau kenapa aku harus berpikir.
Ah, berpikir atau tidak berpikir sama saja.
Otak ku tetap saja berpikir
Tentangmu.
















Jurang, 05/06/2019

Padamu (angin)

Angin..
Bawa aku terbang, tinggi, jauh mengeluh
Bawa aku melayang menuju rindurindu membayang
Kau tau kan, aku tak sanggup lagi jika harus menggigil sendiri, Menikmatimu adalah posisi terendahku
Jika kau bisa mendengarkanku pintaku, aku hanya ingin rasakan tenang, bukan lalu lalang pikiran tak karuan
Bawalah aku terbang, ajaklah aku kemanapun kau mau
Rindurindu tak tepat waktu
Kau tak menyesalkan? Ketika waktu sudah mulai terhenti pada ujung pedih yang selalu kau nikmati sendirian
Kau tak menyesalkan? Pada kenyataan-kenyatan ketika kau harus mencaci maki keadaan
Angin..
Aku rindu, aku rindu
Padamu.






Kamar, 28/11/15

Idul adha 17


Perjalanan ini
Perjalanan ini
Sangat menyedihkan
Kaki kanan, kaki kiri
Mengumpat, memaki
Capek, lelah, pasrah
Panas menyengat
Debu-debu musim kemarau
Wangi asap solar hingga muntah
Perjalanan ini
Perjalanan ini
Kupat opor ayam
Kesemrawutan jalanan
Kerjaan belum kelar
Aku rindu, aku rindu
Semua berantakkan
Kasihan









Bandung, 1 september 2017

Tentangmu 2101



Kabar pilu
kabar tentangmu
seperti dedaunan kering yang sengaja di terbangkan oleh angin tanpa arah tujuan, sesekali ia singgah dari tempat ke tempt lain, dari mulut ke mulut lain dan akhirnya ia jatuh di suatu tempat dimana kebencian tidak ada di tempat itu, mungkin juga angin telah cukup lelah membawanya terbang..






Kamar, 2013

Semoga Sembuh


Aku lebih suka menjalani hidup pada malam hari, lagi pula siang tak melulu soal uang, lagi pula terang bukan perkara tentang kemenangan..Hei, ini bukan alasan untuk tetap meneruskan hidup, juga bukan masalah hidup yang harus terus di teruskan.Ini adalah perihal bodoh yang memang harus siap aku jalani, istilah yang belum sempat terbagi dan harus terus aku maki.Mungkin sampai waktu terhenti, sampai hidup tak pernah lagi ku cintai.Dan kamu, berusaha menasihati, mengajakku berpikir ulang tentang kehidupan yang telah lama tertinggal, terasingkan, tercampak, terbuang.Hidupku yang malang.Hei, kamu terlalu perduli tentang dunia ini, tentang bagaimana belajar mengajariku untuk tetap tegar.Dan aku pura-pura tidak mengerti, tanpa tau balas budi.Memang, seharusnya aku perlu berkaca, menatap mata dan hidup harus terus berjalan wajar, tanpa kabar, seorang kawan, seorang lawan.perlu banyak belajar untuk menatap dendam.Terima kasih.. kalian masih perduli padaku, masih mau membagi rasa iri, rasa dengki, rasa yang terlalu dini untuk ku anggap sebagai benci.Kemudian tak perlu banyak hal yang harus kita lakukan, sebagaimana perkara tolol yang memang harus kita sesalkan.Biarlah, aku memang tak pernah mengerti tentang semua hal yang kalian anggap benar.Aku hanya sedang berusaha menyembuhkan sakit yang tak perlu kalian temani. 














Jurang, 03/02/17





Selasa

01:11


Aku adalah angin

Yang dingin, yang memaksa masuk pada setiap lubang poriporimu

Yang berusaha menghancurkan sendisendi hangatmu

Kalau tidak suka, pulanglah dan segera pakai selimutmu




















Jurang, 11 feb 19

Sebagian aku


Aku harus ikhlas
Sadar diri
Melukai diri sendiri
Bunuh diri


Aku tak boleh dendam

Memendam benci
Menjadi jahat
Melukai orang lain


Aku harus sabar

Dengan jantung berdebar
Dengan nafas tersengal
Meracuni tubuh sendiri


Aku harus berterima kasih

Untuk segala rasa
Untukmu, aku mati rasa




Dingin malam, 3 februari 19

NGANTUK'S



Terima kasih untuk teman-teman yang masih mau menganggap kita adalah teman, jika kalian tau, ini adalah kekonyolan paling menyedihkan yang pernah kita lakukan, maksudku buat aku sendiri, kalian tidak akan pernah mengerti, jika memendam rasa sakit adalah kekhawatiran terbesar dalam hidup, tak ada yang pernah tau, tak ada yang paham, sebagian hanya berpura pura tegar, sebagian lagi hanya butuh bersabar.
Tidak usah bicara waktu yang akan membawa lupa masa lalu, kesedihan dan kebahagiaan, dua pemalu yang selalu sibuk sendiri-sendiri. Jadi, segeralah kembali, pulang, dan teriaklah sekeras kerasnya dalam hati, atau kalian bisa tertawa lepas ketika merenung sendiri.
Ahh, aku mulai bertanya, apa yang sedang ku pikirkan saat ini? 🤔
Entahlah, sepertinya ada sesuatu yang salah, aku pikir aku mulai sedikit tidak normal, tapi kenapa? Apa aku gila? Apa kalian gila? Haha kita samasama gila rupanya 🙄
Apa yang sedang terjadi ? Apa kalian sedang bahagia? Apa aku sedang sedih? Apa yang kalian rindukan? Kau sudah tidur mungkin? Apa kalian lapar? Apa kau masih ingat tentang masa kecilmu dulu? Kau tentu tau apa jawabannya kan? Yaa, kau seperti sedang khawatir, sedang sedih, sedang marah, dan kau tentu sedang bahagia? Benarkah semua itu terjadi?
Campur-campur seperti es campur, jiwa, raga, hati, pikiran semua beda pendapat.
Teman, maukah kalian membagi sedikit beban yang terjadi di sini? Di ruang sempit terbungkus kulit yang kerap kali pusing tujuh keliling, bisakah kalian luangkan waktu sebentar saja? Ahh, gila memang, payah, aku sama sekali tidak bisa bicara. Aku ngantuk.
Sudah, aku pusing. Mau tidur saja. Semoga mimpi baik.
Selamat malam
Terima kasih









Jurang, 8/11/18

Berakhir


Setiap kebaikan hanya penamaan

Setiap keburukan bukan semua kelalaian

Aku menertawakan kesepakatan sebagai lelucon

Tak lebih baik dari yang telah kau sangka baik

Buruk bukan tak mungkin untuk berubah baik

Kau kira bosan sudah menjalar

Menggerus arah dari tiap tiap arus darah

Menerobos celah tipis di antara batas benar dan salah

Tak mungkin!

Biar saja, biarkan ia sampai berhenti di mana nanti

Sudah, sudahi saja, belum waktunya kata kata meradang

Kau begitu hingar dengan keadaan

Begitu jelas menamai perasaan dengan derap ucap

Terkecuali nama indah di balik topeng tumpulmu

Menggandeng tiap tangis dan dada sesak

Karena yang keluar bukan hanya sekedar air mata

Karena usia ini tak akan pernah cukup untuk melupakan kenangan kita

Juga, sepasang yang sudah terlanjur terbentuk remuk

Maka usaplah dengan tanganmu sendiri, biarkan aku yang 

menanggung linang



















Jurang, 19 juni 2019

Resah

Menunggu datang bulan hilang
Bait-bait umpatan sakit
Datang dan pergi memaki
Adalah aku kawanan gelisah
Berpikir maju atau tiga langkah mundur dan hancur
Biarlah, biarlah..
Apakah aku sekumpulan sunyi?
Tanpa rasa, tanpa mimpi
Semua hampa
Aku berkawan lamunan





7 sep 17
02.35

Berulang




Memang aku tak butuh lupa untuk di ingatkan

Atau memang kita sudah tak butuh lagi kenangan

Misal, menggambar tangis

Atau; harusnya kita bisa merawat kesedihan








Jurang 26 juni 19

Pada musim





Cuaca hari ini buruk yaa
Kau dengan panas yang menyengat
Dan aku dengan mendung di bagian atas hidung

Apa kau mau berteduh di bawah alisku?
Tepat di kantung mata yang redup
Atau mau berjemur saja di bawah terik teriak ku?
Biar semua tahu, kau punya peluh lebih asin dari air mata ku

Yang aku kira tak seperti dulu lagi
Yang tetesannya lebih tabah dari air hujan
Kemarau memang tak pernah berubah
Ia tetap sendiri, dan hujan akan lama menanti









Jurang, 20 juni 19

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...