Aku masih saja berada di sini malam ini
Dengan dada penuh getar gemetar
Dengan jiwa yang memanas panas
Di suatu tempat
Di sudut tepi paling sepi
Di antara wangi-wangi aroma sunyi
Ada yang bersemayam dalam diam
Ada yang ragu dalam bisu
Di sini, dini hari
Hati ini, risau resah
Kenyataan yang pasrah lelah sungguh.
Mengingat kembali pada ilusi yang pernah terjadi
Kepadamu, kenangan tentangmu
Sebelum jiwa melayang bersama bayang
Ada seorang yang telah pergi, menghilang di pekat awan, gelap menyendiri.
Aku; ingin berusaha mencarimu di sana, di ujung malam, di antara bayang-bayang kelam masa silam.
Aku mulai terbiasa, ketika malam tak pernah lelah menanti pagi
Aku yang selalu gelisah ketika sendiri.
Biarlah, menemukanmu di antara dingin angin adalah hal yang tak pernah ku sukai.
Semoga abadi, di dalam hati.
Sebuah proses pengharapan yang tak pernah waras, selebihnya menyamar sebagai harapan yang terlanjur pudar.
Maka aku berpikir, jika menginginkanmu adalah hal yang mustahil.
Untuk ini, aku selalu berdoa agar semua harapan kekecewaan segera berakhir.
Biarkan semua hancur tanpa bentuk, barangkali menghilang tanpa meninggalkan bayang.
Mungkin aku akan merenung, mengira jika semua yang pernah terjadi telah menjadi debu lalu terbang bersama angin.
Tetapi aku salah, bahwa angin selalu berputar, merotasi kembali pada bayangan masa silam.
Lagi.
Entahlah, angin selalu memaksaku menjadi dingin, berusaha mengingatkan semua pada agenda-agenda besar busuk belaka.
Meskipun aku suka, walaupun tidak semuanya.
Mengenang atau melupakan?
Bahwa mengenangmu adalah kembali pada titik mati dalam pikiran yang abadi.
Lalu, melupakanmu adalah menjumpai bayangmu pada setiap detik waktu.
Aku memang sedikit gila, jika mengharapkanmu di tiap-tiap malam adalah kewarasanku.
Tapi aku sudah mulai bosan dengan kewajaran ini, kewajaran yang begitu membebani tiap malamku.
Aku memang tak pernah mampu untuk meninggalkanya.
Maka biarkan, aku menikmati alam yang mengajaku kembali pada masa silam.
Meski sudah tak akan ada gunanya lagi.
Sudikah aku mengingat?
Apakah kau perduli?
Hidup yang selama ini kau cintai
Hidup yang selama ini ku benci
Aku berusaha mengerti tentang semua yang tak pernah aku pahami
Berusaha memahami malam agar bayangmu tampak buram.
Mustahil.
Semoga angin lekas pergi membawa maksud ku, terbang bersama kenangan yang telah ku namai jalang.
Sumsel, 2012

Mas
BalasHapus