Rabu

Dasar Hati


Kali ini angin mulai datang kembali, menyapa ku dalam senggang waktu malam
Pada celah-celah jendela kamar
Pada senyap-senyap pengap aroma rokok
Hembusan demi hembusan menembus tulang
Alam yang memang jalang !
Lampu meja belajar beremang-remang pada dinding hitam pekat, kopi hitam pekat yang kubiarkan dingin bersama angin.
Di luar sana, kunang-kunang lalu lalang pada pelukan malam, sang gelap menyekat, merangkum pekat hingga rumput tak lagi mampu menahan layu.
Sementara aku, masih berusaha mencari akal agar tak lagi berada di dalam sunyi, mencari akal agar aku mampu sendiri.
Tetapi kali ini aku tak mampu, bahwa menemukanmu dalam titik paling sepi adalah sebuah takdir paling getir.
Biarlah, memang kenyataan adalah hal yang mustahil untuk ku hindari, sebagaimana soal hati yang terlalu sulit untuk ku mengerti.
Aku yakin suatu saat bayangmu akan hilang bersama waktu, terganti oleh sesuatu yang baru.
Meski entah sampai kapan, meski waktu tak akan pernah setuju.
Inikah yang ku sebut pilu?
Ah, keyakinan itu terganti ragu tiba-tiba.
Seperti menjumpaimu dalam kata
Seperti menemukanmu dalam bisu
Semua terlalu cepat.
Akhirnya aku juga setuju,
Jika kau tak akan pernah beranjak
dari masa lalu, dari waktu ke waktu.
Meskipun aku tak pernah mampu menjumpai ragamu, jiwamu masih akan tetap ku temui, di sini di dasar hati paling sepi.









Tempat yang sama, Jurang, 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...