Bisu, lalu sepi.
Ketika dunia membenciku perlahan penuh cacian
Aku berusaha merenungakan semuanya dengan penuh diam, penuh peluh dengan penuh kemarahan.
Hanya menghabiskan pikiran dengan penuh penyesalan, tak aneh jika seharusnya aku lebih memilih untuk dendam.
Aku telah terbiasa dengan keadaan ini, penuh dosa usaha hingga hancur.
Biarlah semuanya menjadi keping-keping penyesalan.
Aku tak perlu di kasihani, apalagi menolongku dengan pura-pura.
Biarkan semuanya ku telan sendiri, sampai ku muntahkan lagi.
Agar tak ada yang tahu, jika sebenarnya aku telah benar-benar menjadi batu yang terinjak, tercaci penuh umpatan benci.
Terakhir, untuk semua yang pernah membuatku benar-benar merasa menjadi hancur.
Terimakasih.. sampai detik ini aku masih bisa merasakan perih, merasakan luka yang masih membusuk dalam tubuh ini.
Dan biarlah semuanya berjalan seperti nalar yang tak pernah sadar.
Aku mabuk serta muntah, semuanya memang tak perlu di sesali.
Sesal, 17



