Senin

HUJAN

Hujan, kau datang lagi malam ini, datang setelah mendung berlangsung, kau tiba di saat yang seharusnya aku namai tepat, di saat gelap tak selalu harus ku namai pekat.

Hujan, apa kau juga merasakan? Seperti aku yang merasa menggigil dingin.
Aku berusaha memejamkan mata malam ini, berusaha terlelap sebelum hari berganti pagi.
Sebelum mentari menyapaku lagi, dan sebelum embun memeluk rumput.
Tapi, aku masih kedinginan di sini, sendiri.
Tak ada pelukan hangat,
Hanya dekapan gelap.

Tak banyak pilihan memang,
Malam ini, aku hanya ingin tidur dan bangun pagi.
Sebuah harapan sederhana, suatu cita-cita ringan pada hujan malam hari.
Tetapi, aku bahkan luput jika hujan yang disertai kabut akan membuatku kalut, maka aku di paksa untuk tetap terjaga.
Meski sebenarnya aku hanya ingin tidur malam ini,
bersama gemercik syahdu suaramu.

Hujan, tak lelahkah kau turun membasahi bumi, membasahi setiap kehidupan yang belum aku mengerti, membasahi setiap hati yang sedang merasakan sepi.
Seperti petir yang juga memaksaku untuk kembali mengingat sesuatu yang getir.
Aku tak kuasa menahan takdir ini, di paksa mengukir kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu.
Hai, Apa kabar masa lalu ?
Apakah kau merasa rindu.
Sudahlah, Aku telah terbiasa menahanmu di sini, sendiri.

Hujan, kau memang selalu berhasil mengajakku mengingat kembali pada tiap detik kenangan yang telah ku tinggalkan, memaksa untuk terus kembali dalam pelukan-pelukan masa silam.
Aku tak menyalahkanmu, apalagi membencimu.
Aku hanya berusaha meninggalkannya dan bukan melupakannya. Sebab sampai kapanpun masa lalu akan terus ada dalam ingatan-ingatan yang sempat tertinggal.
Aku bisa saja melupakan semua yang pernah terjadi, tetapi aku tak mungkin bisa untuk menghapusnya. Maka biarlah semua berjalan bersama hujan, biarlah semua berlalu bersama waktu.


Dan hujan ini
Mengingatkan kembali pada masa lalu yang penuh peluh
Bersama harapan-harapan yang telah pupus
Aku berusaha menjadi wajar
Berpura-pura untuk tetap tegar
Seperti air yang mengalir menjadi bulir sendu
Aku hanya tak ingin menjalani rindu
Dan hujan ini
Mengingatkan kembali pada sebuah kenangan yang telah usang
Bersama doa-doa yang tak pernah sampai
Aku telah terbiasa
Sebagaimana waktu yang telah berlalu
Aku hanya tak mampu menahan rindu
Dan hujan ini
Terimakasih untuk semua rintik merdu yang telah kau berikan padaku
Darimu aku bisa mengingatnya
Kembali kepada titik syahdu masa lalu
Bahwa merindukanmu aku tak pernah mampu

















Ujung waktu, 2015












Sabtu

JALANG

Aku masih saja berada di sini malam ini
Dengan dada penuh getar gemetar
Dengan jiwa yang memanas panas
Di suatu tempat
Di sudut tepi paling sepi
Di antara wangi-wangi aroma sunyi
Ada yang bersemayam dalam diam
Ada yang ragu dalam bisu
Di sini, dini hari
Hati ini, risau resah
Kenyataan yang pasrah lelah sungguh.

Mengingat kembali pada ilusi yang pernah terjadi
Kepadamu, kenangan tentangmu
Sebelum jiwa melayang bersama bayang
Ada seorang yang telah pergi, menghilang di pekat awan, gelap menyendiri.

Aku; ingin berusaha mencarimu di sana, di ujung malam, di antara bayang-bayang kelam masa silam.
Aku mulai terbiasa, ketika malam tak pernah lelah menanti pagi
Aku yang selalu gelisah ketika sendiri.
Biarlah, menemukanmu di antara dingin angin adalah hal yang tak pernah ku sukai.
Semoga abadi, di dalam hati.
Sebuah proses pengharapan yang tak pernah waras, selebihnya menyamar sebagai harapan yang terlanjur pudar.
Maka aku berpikir, jika menginginkanmu adalah hal yang mustahil.
Untuk ini, aku selalu berdoa agar semua harapan kekecewaan segera berakhir.
Biarkan semua hancur tanpa bentuk, barangkali menghilang tanpa meninggalkan bayang.

Mungkin aku akan merenung, mengira jika semua yang pernah terjadi telah menjadi debu lalu terbang bersama angin.
Tetapi aku salah, bahwa angin selalu berputar, merotasi kembali pada bayangan masa silam.
Lagi.
Entahlah, angin selalu memaksaku menjadi dingin, berusaha mengingatkan semua pada agenda-agenda besar busuk belaka.
Meskipun aku suka, walaupun tidak semuanya.
Mengenang atau melupakan?
Bahwa mengenangmu adalah kembali pada titik mati dalam pikiran yang abadi.
Lalu, melupakanmu adalah menjumpai bayangmu pada setiap detik waktu.

Aku memang sedikit gila, jika mengharapkanmu di tiap-tiap malam adalah kewarasanku.
Tapi aku sudah mulai bosan dengan kewajaran ini, kewajaran yang begitu membebani tiap malamku.
Aku memang tak pernah mampu untuk meninggalkanya.
Maka biarkan, aku menikmati alam yang mengajaku kembali pada masa silam.
Meski sudah tak akan ada gunanya lagi.
Sudikah aku mengingat?
Apakah kau perduli?
Hidup yang selama ini kau cintai
Hidup yang selama ini ku benci
Aku berusaha mengerti tentang semua yang tak pernah aku pahami 
Berusaha memahami malam agar bayangmu tampak buram.
Mustahil.
Semoga angin lekas pergi membawa maksud ku, terbang bersama kenangan yang telah ku namai jalang.











Sumsel, 2012





Rabu

Dasar Hati


Kali ini angin mulai datang kembali, menyapa ku dalam senggang waktu malam
Pada celah-celah jendela kamar
Pada senyap-senyap pengap aroma rokok
Hembusan demi hembusan menembus tulang
Alam yang memang jalang !
Lampu meja belajar beremang-remang pada dinding hitam pekat, kopi hitam pekat yang kubiarkan dingin bersama angin.
Di luar sana, kunang-kunang lalu lalang pada pelukan malam, sang gelap menyekat, merangkum pekat hingga rumput tak lagi mampu menahan layu.
Sementara aku, masih berusaha mencari akal agar tak lagi berada di dalam sunyi, mencari akal agar aku mampu sendiri.
Tetapi kali ini aku tak mampu, bahwa menemukanmu dalam titik paling sepi adalah sebuah takdir paling getir.
Biarlah, memang kenyataan adalah hal yang mustahil untuk ku hindari, sebagaimana soal hati yang terlalu sulit untuk ku mengerti.
Aku yakin suatu saat bayangmu akan hilang bersama waktu, terganti oleh sesuatu yang baru.
Meski entah sampai kapan, meski waktu tak akan pernah setuju.
Inikah yang ku sebut pilu?
Ah, keyakinan itu terganti ragu tiba-tiba.
Seperti menjumpaimu dalam kata
Seperti menemukanmu dalam bisu
Semua terlalu cepat.
Akhirnya aku juga setuju,
Jika kau tak akan pernah beranjak
dari masa lalu, dari waktu ke waktu.
Meskipun aku tak pernah mampu menjumpai ragamu, jiwamu masih akan tetap ku temui, di sini di dasar hati paling sepi.









Tempat yang sama, Jurang, 2016


Senin

HANYA BERHARAP


Semoga malam ini kau terlelap dalam senyap
Seperti aku yang menanti penuh harap.
Dengan doa yang selalu ku panjatkan pada sekian banyak malam, yang telah terkabulkan, barangkai yang tak pernah sampai.
Aku hanya bisa berharap.
Semoga malam mu penuh mimpi
Perihal hati ini yang belum terisi.
Pada keyakinan, aku selalu berharap agar kita bertemu dalam mimpi, sekedar saling menatap atau saling mendekap.
Soal dingin ini, biarlah aku yang menanggung sendiri.
Semoga esok mentari menyambutmu penuh arti
Ada yang masih merasa sendiri; Aku.
Aku harus belajar mengerti, pada malam yang memandangku diam, pada gelap yang belum siap terlelap.
Barangkali pada kata yang belum siap ku ucap. Padamu, pada hati yang belum ku mengerti.
Aku berharap semoga malam ini kau memang sudah tertidur.
Sebagaimana pikiranku yang masih nglantur
Aku hanya sedang menghibur diri.
Bersyukur serta berdoa untuk mu yang belum aku pahami.
Berusaha mendamaikan diri dengan cara yang sederhana, menyendiri atau berteman sepi.
Semoga terwujud, bersama dingin malam, bersama hitam awan.
Aku hanya bisa berharap pada alam, mengharapkan sesuatu yang masih terpendam.
Pada malam ini, pada malam yang sunyi, pada hati yang sepi, agar malam ku penuh arti.
Meski aku tak bisa menjumpai mu dalam kata, tak mungkin menemui mu dalam aksara.
Tapi kau selalu hadir dalam setiap malamku, dan menjelang hilang ketika pagi tiba. -sudahlah, ini terlalu dingin untuk ku.
Soal waktu aku memang tak pernah curiga, ia selalu bahagia melihatku bahagia, -semoga kepadamu juga. Mungkin ia hanya terlalu sering bercada, kenapa malam selalu pagi untuk ku rindukan
kenapa terang terlalu lama untuk ku tinggalkan.
Aku tak pernah benar-benar mampu melawanmu,
-lain hal jika bersamamu, mungkin kalimat syahdu yang akan ku rangkum merdu di sini.
Apalagi menerka rasa yang masih begitu rahasia.
Aku tak pernah mampu.
Mungkin memang benar, kenyataanya waktu selalu punya cara yang istimewa, selalu punya cara tersendiri pada hati yang sepi. -aku tentu.


                   " Terimakasih waktu..
                 Kau biarkan hati menanti harap
           Pada lain hati yang belum ku mengerti
                Pada malam-malam penuh sepi
                  Aku tak pernah ragu padamu
            Menemanimu dalam rindu membeku
            Atau mengantarmu dalam kesendirian
                         Terimakasih waktu..
        Kau biarkan aku menunggu kabar tak pasti
            Perihal rasa yang masih begitu rahasia
             Tentang jiwa-jiwa yang begitu merasa
                   Padanya aku tiba-tiba ragu
              Pada jawaban-jawaban yang beku
                 Mungkin rasa yang terlalu lugu
                          Terimakasih waktu..
              Terlalu banyak kenangan tentangmu
              Tentang diriku yang selalu mengeluh
       Tentang harapan-harapan yang penuh peluh
                    Aku berusaha menjadi biasa
       Dalam kenyamanan-kenyamanan yang nyata
                 Hingga aku terlelap penuh harap"



Maaf tentang semua perasaan yang
telah ada secara rahasia, aku masih begitu ragu.
Aku tak pernah pura-pura.
Aku merasakannya.
Bukan secara tiba-tiba, ia perlahan menjadi rindu menjadi resah gelisah, lalu perlahan ia menyiksa.
Aku hanya berharap, suatu saat aku akan bicara.
Kamu menjawab, -mungkin jawaban yang mengharuskannya menjadi lucu.
Maka, biarkan aku menyampaikannya secara diam-diam melalui kata, menyampaikan semua demi sebuah keraguan, untukmu, juga untuk malam yang terlalu peduli kepadaku. -terimakasih telah membuatku mengerti tentang arti kesendirian, tentang arti memendam rasa sendiri.
malam, kau terlalu baik untuk menjadi gelap.

Dan tentang foto itu, aku selalu berusaha mencari makna, mencari arti di dalamnya, tentang mata yang menatapku teduh secara diam-diam, tentang senyum indah bibirmu, dan tentang wajah ayumu.
-aku selalu mengira, kalau kau tiba-tiba saja di hadapku malam ini. Biarlah, biarkan aku menjadi orang paling khayal untuk malam ini saja. -memang tak ada kalimat lain sepertinya.
Aku selalu suka dengan caramu menatap, dengan caramu tersenyum.
Sempurna.
Sosok pribadi penuh kenyamanan.
Sosok berjilbab yang selalu membuatku tersenyum tanpa sebab.
Saat ini, aku masih saja memandangmu, pada salah satu foto terbaikmu, foto yang penuh pesan tersimpan, kesan pertama adalah tersenyum nyaman memandangmu.
Meski hanya sebuah gambar yang akan semakin pudar.
Tetapi aku yakin, pencipta semesta telah berencana hingga suatu nanti pada akhirnya akan tiba.
Aku hanya bisa berharap, Aku hanya bisa berusaha, menerka-nerka rasa secara rahasia, selebihnya berdo'a agar semua akan baik-baik saja ketika semua keyakinan itu tiba-tiba hilang.




Lendoh, 14 Nov 16








Selasa

Kematianmu


Ada yang mencekam malam ini
Pada dinding hitam
Pada langit gelap
Tak ada kisah selain sunyi
                   Hanya suara jangkrik kesepian
Suara burung malam di kejauhan
Langit-langit kamar yang menatapku diam
Pohon-pohon di luar kedinginan
Aku berusaha menenangkan diri
Dari kebisuan dini hari
Dari pekat awan malam ini
Keheningan demi keheningan
Menyambut aroma kematian
Menyambut beku kehidupan
Takdir menyapa nyawa
Pada asa lara, perlaya
Pada jiwa serupa
Nasib menyeluruh tubuh
Hingga raga melemah
Hingga jiwa melayang
Pada akhir yang kosong
Kau telah mati








Jurang, juli 2015 pada jam 01:48 Malam






MIMPI


Aku tadi malam bermimpi
Pada belati tajam yang menghunus tubuhku
Perut, robek, darah yang mengalir
Seluruhnya keji kejam
Suatu dendam yang telah lama terpendam

Aku tadi malam bermimpi
Tentang sesuatu yang menakutkan
Usus terburai, perih dan menyakitkan
Tapi semua hanya mimpi,
Mimpi yang kenyataanya kadang tak nyata atau kenyataan yang memang hanya pada mimpi

Aku tadi malam bermimpi
Berusaha meyakinkan mimpi yang tak akan mungkin terjadi
Hingga aku terbangun dengan ekpresi wajah pucat pasi




Dalam mimpi, 2015

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...