Sabtu

Luka-liku arah


 Arah telah membawa langkah menuju salah
Mengarahkan resah menuju sebuah pisah
Tentang hantaman yang keras
Tentang hentakan yang membekas
Hari kemudian sili berganti
Berbeban bingung bernyali linglung
Untuk sebuah kesalahan besar
Demi untuk kekalahan yang benar
Keyakinan telah tekad harapan telah bulat
Obrolan dengan katakata tak sepadan
Menyingsing hidup yang mundur tersungkur

Luka liku ini tak banyak terbeli
Dendam dendam kini hanya menjadi benci
Dan gelisah ini telah terbilas kisah
Harapan yang nyatanya berantakan
Kecewa yang sempat terlewat
Kini telah datang sebuah kalah
Yang di paksa menelan muntah
Yang terpenjara pada liang kenang
Hanya tersisa ringkih menghimpit dan menjerit
banyak langkah kaki berpijak di injak
Menekan menghantam menyayat dan menikam
Sebuah langkah sesal menuju kehancuran
Dendam yang terjual benci yang terpenggal
Haruskah ini kembali terjadi?
Pada sebuah luka lama yang masih menganga
Pada sebuah sedih yang masih mendidih





Bedono, Juni 2021











Kamis

Gegap Gempita


 Langkah langkah angin yang riuh rendah

Menunduk ringkih rindu belum bertemu

Sekarang hari sabtu yang kemarin aku tahu;

Tanggal dan bulan dan tahun yang sudah genap terlewat

Hampir saja lupa tanggal genap dan bulan ganjil yang tak pernah lekang dalam ingatan

Dan, pada angka tahun yang genap duadua dan tanggal yang sama

Aku mengutuk diriku sendiri ketika tangan tangan bahagia saling berjabat erat

Sedang jemariku gemetaran tak karuan saat berjabat salam denganmu

Entah bagaimana dengan jemarimu yang lembut, apakah sebaliknya..

Mungkin aku rasa biasa, namun tidak dengan mataku yang menunduk berbinar seketika detak jantung semakin cepat

Inilah gegap gempita yang menjadikan tubuhku kehilangan keseimbangan

Yang tegak seketika gagap dan gugup kemudian malu tertunduk layu

Adalah tentang seseorang yang pernah menantang kenang

Yang begitu yakin ketika dua pasang lengan yang saling merangkul kemudian di paksa di pisahruah-kan.

Aku yakin, jika sebenarnya lembayung akan tetap ungu dan memerah meski jingga lebih dominan dengan orange, namun merah selalu menang ketika menjelang gelap

Kemudian dengan wajahmu;

Memerah rekah seperti bunga pada musim semi

Yang sedari dulu adalah anggun, yang tersenyum lembut kepada setiap pasang mata

Kita mungkin hanya bisa membayangkan semua kenang pada ingatan kening

Dengan yakin kata "kita" memang tak harus di ganti dengan aku saja.

Bila kau setuju, percayalah tidaklah mudah bagiku untuk menghapus ingatan tentang kau.

Waktu terus menjalankan peran untuk tetap berjalan, yang menjadikan semua termakan usia, yang membuat kita menuju tua. Dan sadar, separuh usia telah ku habiskan dengan bangganya ketika sepasang telah di pisahkan selama ribuan hari.

Kini, aku paham pada setiap jari jemari yang dingin menyentuh lembut

Tak akan pernah terhapus, tak mungkin bisa terganti meski ribuan hari telah usai di gilas usia

     Terima kasih telah mencipta banyak cerita yang belum akan selesai

22 juli 92 

             





 

Jurang, Juli 2022


 

Rabu

INGATAN


Roda roda gila melibas aspal panas
Menerjang angin menyapu deru debu
Asap asap pekat melambung tinggi
Tanpa sekat gelisah semakin terlihat
Lelah telah datang letih semakin menerjang
Riuh gemuruh suara mesin pembunuh

Aku masih suka hidup pada jalan yang ramai
Yang malam malam sepi
Yang sunyi bernyanyi bersama dingin angin
Yang  penuh gelap yang berselimut kelam
Suara yang penuh perih dan rintih
Suara yang parau yang menjerit sakit

Angan pada lamun yang hening
Telah menikam pada kepala yang pening
Telah tersesat pada jalan yang ramai
Yang penuh kenang dalam beringas diam
Yang  sibuk mengutuk
Yang menyayat kembali suatu hati











Semarang, 20 April 2022

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...