Jumat

MIMPI (III)

Waktu telah menunjukkan pukul tiga pagi, keheningan yang tak asing, dingin, dan suara jangkrik yang sibuk menertawakan kehidupan dini hari.
Aku memilih tidak tidur lagi, seperi malam sebelumnya
Memilih tak memejamkan mata, hanya ingin bercerita dan tak banyak, hanya sepenggal dua penggal, barangkali persoalan yang gagal.
Adalah ilusi yang membuatku kembali pada titik ini
Menemukan kembali sebuah proses kelam masa silam
Seperti malam yang memaksa harus lebih dalam, barangkali seperti mata yang di paksa harus terpejam.

Maka, mimpi akan menjadi sebuah tragedi yang tak begitu berarti
Mimpi hanya sekedar mimpi, mungkin kita hanya berjodoh dalam mimpi
Dalam ketakutan yang nyata, dalam mimpi pun aku merasa takut
Bukan mimpi buruk atau baik, mimpi hanya sekedar mimpi
Kini, hanya mimpi yang kenyataannya akan ada dalam mimpi.

Aku sudah tertidur dalam mimpi, kemudian aku terbangun dalam mimpi.
Mimpi sudah menjadi tidur, barangkali tertidur dalam mimpi yang tidur
Semuanya memang hanya sebuah tidur dalam mimpi, atau memang hanya sebuah mimpi dalam tidur yang di paksa bermimpi.

Kini aku orangnya bisa tahan, dari beban derita kehidupan
Dari mimpi mimpi yang tak asli, dari tekanan dan umpatan
Dari orang-orang beringas yang penuh dengan senyum kemunafikan
Merendahkan pada titik tertinggi kehidupan
Melambungkan ingin, menggores kebencian terdalam
Sayatan dan kengerian yang bersilang telah membekas jelas
Penghapusan yang tak pernah mudah
Penghancuran yang begitu mudah
Hukuman dan degadrasi moral, alibi dan sebuah mimpi
Menciptakan benci dan goresan dalam hati

Aku sudah muak, mengupayakan berbagai macam hal yang gagal
Berharap ada sesuatu yang bisa membuatku lebih dewasa
Melangkah maju tanpa ada campur tangan setan
Dan bergerak mundur dengan selaksa keterpaksaan
Bukan hanya sekedar mimpi dan bukanlah sebuah misteri

Hidup yang tak pernah mudah dengan secuil harapan
Ratusan kematian pernah ku lihat, kehampaan, sebuah dendam dan segenap air mata
Kesedihan, kesakitan, kekecewaan dan kebahagiaan dan kebencian
Sebuah proses menumbuhkan hidup untuk tak redup

Barangkali kehidupan dalam mimpi lebih membingungkan
Menyambangi berbagai halhal yang tak pernah terarah
Tak pernah mudah untuk menyudahi kengerian yang bebas berulah
Hidup layaknya binatang tanpa berpikir panjang
Melihat nyeri pada proses kengerian terdalam
Tak pernah teratur, lalu lalang dan sebuah kehancuran

Semoga setelah kehancuran, akan ada banyak hal baru yang melegakan
Yang kemudian mustahil untuk dapat menemukan kesedihan
Tak banyak yang bisa di banggakan
Tak banyak yang bisa ku berikan
Hanya bisa merelakan, barangkali ikhlas menggenggam dendam











Jurang, September 2020




Episode Depresif

 

Sebuah belati tertajam sekaligus terkejam
Goresan demi goresan, darah dan penderitaan
Perih pada kesakitan menunggu kematian
Rasa aman tersudut menjemput datangnya maut
Rasa sakit menjerit tertikam sadis menangis

Kesepian dan kengerian dan kebencian
Tak berhak melawan memohon dan tertekan
Sebuah tangis dan beberapa garis lengan teriris
Luka liang batin dan bekas sayatan perang
Depresi budak sakit hati

Impulsif strategi menjemput mati
Tak pernah berpikir, mengalir pada palung sakit jiwa
Produksi kesedihan yang tiada akhir
Melahirkan dendam menghimpit kedamaian
Sebuah epidemi tanpa pikir panjang
Sebuah kehancuran merelakan kesakitan








                                                                  Jurang, Agustus 2020

Senin

Sepasang Yang Terlarang


 Inilah sepasang bayang yang dulu terlarang

Ku pilih dan ku tikam kenang yang telah lama tertahan
Memilah milah resah tanpa sedikitpun celah
Perasaan telah membekas tanpa ungkapan jelas

Inilah saksi perjalanan yang di bungkam malam
Menutup sebagai gelap menuntut menjadi pekat
Sisi terang yang terkenang di terjang menghilang
Merangkai kengerian terdalam menampar keheningan terkelam

Inilah sebuah proses layu pada masa lalu
Lemah dalam masalah letih pada goresan perih
Sebuah luka dan trauma, sebilah dendam dan air mata
Terus menggerus tanpa ujung jalan yang lurus
Telah menyisakan goresan pernah menyesakkan perasaan

Inilah kisah yang tak kunjung sudah
Menggerogoti sekujur diri mendidihkan otak dan hati
Upaya gagal dalam sebuah pinangan
Melahirkan keburukan menghembuskan kebencian

Kemudian, inilah jalan sempit yang di paksa terus menghimpit
Seperti melintasi kobaran api di paksa merayakan sakit hati
Tak pernah benar benar sembuh tak mungkin akan terhapus
Inilah gambaran resah yang telah menyisakan kehancuran





              Mertoyudan, 2021

Lelah 6


 Aku lelah
Menanti pagi
Menanti siang
Menanti sore
Sebelum malam tiba.

Aku lelah
Melintasi jalan-jalan malam
Lelah tersinari lampu-lampu terang
Mataku lelah
Aku tidak bisa berfikir
Aku kehilangan akal
Lebih baik berhenti dulu
Lalu tidur, mungkin bermimpi tentang lelah yang sangat indah.




Dalam perjalanan Bandung - Jurang Okt 18

Minggu

Kengerian.


Mata hati telah tertutup
Terbalut dendam berselimut kabut kebencian
Umpatan demi setiap mahluk
Rasa aman mati dalam ketiadaan
Menghilang lenyap termakan kengerian
Nada dan rasa telah binasa
Di injak sadis oleh budaya omong kosong
Raut akan kalut wajah merekah merah
Kesedihan tertekan tanpa rasa aman
Kengerian berujung tanpa ujung
Dinding pengkhianatan yang rontok
Di hancur leburkan sebagai pembalasan
Menikam menusuk mengobrak abrik isi hati
Hidup semakin bobrok oleh pengasingan
Kesedihan dalam keabadian
Pembalasan setimpal dalam kesepian
Rasakan kesendirian mengumpat menghujat
Takdir mengalir menggilas dan menebas
Sumpal semua mulut anjing
Tikam semua mata dengan belati
Tradisi konspirasi ringkus bungkus dan gerus
Bunuh semua keyakinan dengan dogma otak setan
Jejali isi hati dengan gumpalan tai
Selimut ketaqwaan berakhir kehancuran
Dogma ! Tanda tanya?
Metafora yang bertanya utopia dan segenap luka
Melabrak kengerian menabrak secuil iman
Katakan surga lebih megah
Ceritakan neraka nanah dan darah
Api yang membakar elegi 
Industri budak mucikari











Muntilan, Desember 2021




Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...