Aku tak perduli pendapat mereka apa, merangkai kata hingga kau muntah, parodi serapah bisa kau sebut gila.
Tapi ini adalah soal kekhawatiran seorang laki-laki pengecut, buta dan tuli, tanpa pikir panjang, ia menikmati kesendirian, sepi, senyap, beban pada kepala tak berotak. Lalu, yang merasa di tinggalkan, merugi, menikmati, seakan dunia hanya tinggal tulang tanpa hati.
Di sinilah aku mulai acuh pada semua, semua yang hidup dan semua yang pura-pura mati, kecuali padamu, pada rona wajah merah dengan mata teduh.
Gambarlah bayanganmu sendiri saat kau berjalan, umpatlah dengan penuh kemarahan, karena kau tak akan pernah bisa hanya dengan peduli pada sesuatu yang kau benci, kau perlu membiasakan hari burukmu ketika menjelang tidur, menutup jendela kamar, mendengarkan musik, lalu ketika pagi hari tiba, kau tak pernah berubah, kau tetap menjadi seorang pengecut.
Sadarlah kawan, hidup ini akan terus berjalan, bumi akan tetap berputar pada rotasi dendam, benci dan hati yang luka, maka berubahlah untuk dirimu sendiri, bernyanyilah dengan nada burukmu, menangislah seakan lusa adalah hari terakhir kau menghirup udara dingin. Semoga kau sembuh, Bangun dan berlarilah!!
Jurang, 28 Mei 19
