Minggu

Titip Sendu


Biarkan dingin ini menyapamu.
Dari ku semua ia singgah.
Pada ketetapan.
Pada beku embun.
Semoga sampai.
Dengan bisu.
Cepat berlalu.
Menyambut pagi,
Aku masih sendu, semalaman.
Perkara rindu itu.
Aku setuju.








Jurang, 2016

TANDA TANYA RASA


Meski kita tak pernah saling jumpa
Kita selalu bertemu dalam kata
Yang aku reka melalui rasa
Yang sedari dulu masih tetap sama

Dan soal foto-foto itu, aku tak pernah bermaksud memaksa
Hanya ingin memandangmu lebih lama
Hanya ingin bercerita
Pada malam yang penuh tanya
Pada hati yang menyimpan rasa

Mungkin suatu saat kita akan berkaca
Bertemu wajah yang berbeda
Barangkali berpeluk mesra
Atau sekedar menatap mata

Hingga pada akhirnya kita lupa
Kita sedang di paksa oleh rasa
Kita hanya memulihkan luka yang sebenarnya tak pernah ada










Jurang rasa, 2010

Selasa

SEMUA TENTANG..

Malam ini ada banyak hal yang mungkin harus aku ceritakan disini, bercerita sendiri dalam ingatan yang terus memaksaku untuk terus ku gali.
Tentang cerita-cerita lalu yang memang harus aku ingat, atau pada ingatan-ingatan yang memang harus aku ceritakan.
Mungkin pertanyaan-pertanyaan perihal rindu
Mungkin kisah-kisah usang yang telah ku kenang,
Terlebih kenangan-kenangan yang sempat menghilang.
Maka, aku akan mencoba bercerita kembali malam ini, mungkin menceritakanmu yang telah berlalu.. menceritakan kisah-kisah lucu, atau apa saja yang memang itu semua perlu.
Tapi..aku sedikit ragu, jika menceritakanmu akan bertemu pilu.

Sudahlah... Jika itu memang perlu untuk ku.
Aku berharap agar aku tak mengingatmu lebih banyak malam ini, atau jika kita akan di pertemukan dalam sesuatu yang ku sebut rindu, aku akan menyertakanmu, meski semuanya telah berlalu.

Ah, aku rasa kita memang saling bertemu dalam banyak kata, dalam masa ke masa, mungkin cerita-cerita rekayasa yang pernah ku cipta.
Bahkan, sebelum aku memulainya.
Entahlah...mungkin hanya sisa-sisa rasa yang datang dengan sengaja.
Yang terpenting adalah aku bisa mengira jika ini hanya rasa yang kemungkinan tak bisa untuk kita ulangi bersama.

Pada suatu masa..
Meski jarak memisahkan raga
Meski kata yang saling sapa
Pada suatu masa..
Ada rasa yang pernah bersama
Dalam bisu menuju ragu
Ada rindu yang saling tunggu
Pada suatu masa..
Kita memang pernah bersama
Menjalin rasa saling percaya
Rasa yang pura-pura
Pada suatu masa..
Kamu berusaha membalik kata
Aku rela terluka
Demi sebuah masa
Demi suatu nama

Aku yakin malam-malam yang dulu juga setuju jika ia pernah menjadi saksi dalam keraguan-kerinduan masa itu, masa-masa yang telah berdebu, masa-masa yang penuh luka-liku.
Hingga lama aku terpaku pada setidaknya dulu ;


"Setidaknya dulu kita pernah saling bersatu dalam suatu waktu;
Pada jarak yang saling beradu
Pada masa yang selalu bersama
Lalu jarak mengadu pada temu
Jika berpacu tak akan ragu pada rindu

Setidaknya dulu kita pernah saling memandang dalam remang maupun terang;
Semoga bayang yang akan kita kenang
Semoga waktu yang akan kita tunggu
Hingga sampai pada titik dalam suatu detik
Tak ada yang lebih syahdu dari rindu yang telah menggebu

Setidaknya dulu kita pernah saling bersama dalam suka maupun duka;
Bersama rasa yang pernah saling sapa
Hingga waktu menyampaikan pilu
Hingga jarak menyampaikan bimbang
Tinggal sesak dan hanya bayang"


Lalu ada yang berusaha menyapa, mengingatkan semua secara tiba-tiba ;

Tentang sebuah kisah masa itu

Tentang sebuah SDN negeri 03 Bedono
Tentang sekolah dasar negeri yang berada di desaku
Tentang berangkat sekolah pukul setengah tujuh
Tentang uang saku koin 100 perakan gambar gunung
Tentang berangkat sekolah jalan kaki
Tentang pulang sekolah mampir kebun
Tentang lantai kelas yang kerap kita sebut tegel
Tentang sepatu merk Att
Tentang sampul buku cap banteng
Tentang kaos olah raga warna orange
Tentang cita-citaku menjadi militer
Tentang minyak rambut merk lavender
Tentang papan pelajaran warna hitam
Tentang lempar-lemparan kapur putih merk Sarjana
Tentang penghapus yang telah kusam
Tentang prakariya membuat sulak
Tentang mencoret-coret bangku sekolah
Tentang membeli minuman orson satu botol
Tentang membeli fanta sachetan
Tentang membeli timuk dan mie fajjar
Tentang kenakalanku mendzolimi Kristanto
Tentang kenakalanku mendzolimi Anas
Tentang harga nasi goreng Rp. 250 ,-
Tentang piring plastik warna-warni
Tentang bakwan goreng yang asin
Tentang bakmi bungkus koran bekas
Tentang jajanan yang namanya pencok
Tentang gaplek samiyer jajanan khas kantin
Tentang teh bungkus plastik kurang manis
Tentang temanku Groho yang selalu ranking satu
Tentang aku yang selalu mendapat ranking terakhir
Tentang salah dua guru yang di gosipkan nakal di sekolah
Tentang bermain Jangkrik'an dengan temanku Asrowin
Tentang bermain sodoran di halaman sekolah
Tentang bu guru yang selalu memuji tinggi badanku
Tentang kakak kelas yang sombong
Tentang adik kelas yang aku tidak perduli
Tentang murid baru kelas empat
Tentang anuku yang pernah terbentur meja
Tentang piket menyapu ruang kelas
Tentang mengepel kelas dengan kaos kaki
Tentang bermain jidok'an dalam kelas
Tentang bermain engkol dengan temanku Ruadi
Tentang menendang bola ke jendela kelas
Tentang pohon bogenvil di halaman sekolah
Tentang halaman sekolah yang masih tanah
Tentang bermain sudamanda di dalam kelas
Tentang kepala sekolah perokok aktif "sukun" khas aromanya
Tentang belajar kelompok, belajar betengan kelompok maksudnya
Tentang catatan kamu ketika menulis selalu mendapat pujian guru
Tentang les matematika buku yang terbawa bahasa jawa
Tentang sepeda motor yamaha RS yang bertuliskan ojo dumeh
Tentang aku yang masih sangat pendiam
Tentang rambutmu yang kriting -aku tidak terlalu perduli masa itu
Tentang kamu yang saat itu masih begitu lugu
Dan tentang aku yang masih begitu ragu padamu.


Semuanya masih begitu sangat dekat dalam ingatanku, sampai saat ini.
Sungguh aku sangat merindukan masa-masa itu, meski sudah enambelas tahun berlalu.
Di mana saat itu, sejatinya aku belum benar-benar mengenal rasa, juga belum benar-benar pernah terluka.
-rasa yang mengandung banyak tanya, rasa yang mencipta banyak kata, rasa yang di miliki oleh semua manusia, rasa yang bisa buat terluka, -tentu saja.
Dan rasa yang masih ragu bila aku harus menyebutnya cinta.
Hingga pada suatu masa, aku dewasa, aku berani menyatakannya meski akhirnya aku rela terluka.
Tapi bukan itu yang aku maksud untuk malam ini.
Hanya saja, aku tak ingin lebih dalam mengenang hanya pada satu nama. -kamu tentu saja.
Aku hanya sedang mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaanku malam ini, pertanyaan yang mungkin tak akan ada jawabannya melalui kata, hingga pada akhirnya waktu yang akan berlalu, memberi jawaban baru.
Seperti pertanyaanku kenapa waktu begitu cepat berlalu? Bahkan untuk jawaban satu menit yang lalu aku tak pernah benar-benar tau tentang perkara rindu.
Sudahlah...-tiba-tiba aku malu mengakuinya.
Itu hanya soal waktu yang memang harus berputar dan berlalu.
Kita hanya bisa merasakanya
Kita tak bisa berbuat apa-apa
Mungkin memang sengaja tercipta
Agar kita tidak akan pernah lupa
Sebagaimana masa lalu yang telah ku rindu.

" Waktu berlalu begitu cepat
Kemarin ke masa-masa
pada ingatan-ingatan
Merasa-rasa pada asa
Mengira menerka-nerka
Pada langit tua "

Malam ini aku memang benar-benar tak mengerti kenapa masa-masa itu seperti habis kemarin;

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering memakai dasi dan topi serta celana warna merah khas anak SD

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering menggunakan minyak rambut bermerk lavender maupun tancho dan sigar jalak khas rambutku

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering keringetan di bagian muka dan wajahku terlihat seperti gorengan nget-ngetan khas kantin sekolah -entah sekarang masih konsisten atau tidak soal gorengan itu

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering beli minuman orson satu botol dan mie fajjar di warung bek juariah lalu membawanya ke sekolah dan dengan bangganya memamerkan pada teman-temanku

Kenapa seperti baru kemarin?
Ketika aku masih ingat saat ada ulangan IPS dan aku mengerjakannya dengan jawaban asal-asalan lalu aku mendapat nilai 25 -menyedihkan bukan?

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih suka beli nasi goreng di kantin sekolah seharga 250 perak yang penjualanya adalah kamu waktu itu

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering menggambar sesuatu yang tak jelas dan mencoret-coret lalu merobek buku milik kristanto -aku pernah di gosipkan siswa paling nakal di sekolah

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih suka menuliskan nama sendiri di mana saja yang bacaannya Irsyad PCR ....? -apa aku benar-benar memalukan kawan ?

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat saat pulang sekolah hujan-hujanan lalu keesokan harinya berangkat sekolah beralaskan sendal -terlalu formal untuk kebanyakan siswa

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat saat ada PR dan aku lupa mengerjakannya, lalu menyapu lantai kelas adalah pekerjaanku

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat saat temanku Heri Purnomo mencoret lenganku dan kami malah saling coret mencoret bagian tangan hingga kehabisan pensil lalu kita malah saling tertawa bangga

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering bermain sepak bola di lapangan sekolah saat itu bolanya sampai di ladang yang tempatnya sangat curam lalu kami memutuskan untuk mencarinya -mblusuk mblusuk together ceritanya

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering berjalan kaki mengelilingi gedung kelas 4-6 hingga berkali-kali dengan temanku Khoirul Anas saat istirahat -aku benar-benar tak paham apa maksud kami berdua

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering menyanyikan lagu di sekolah yang berjudul Ada Apa Denganmu milik peterpen -nek ra salah ding

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering bercerita pada teman-temanku tentang film horor kismis (kisah-kisah misteri) yang ku tonton malam harinya

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat saat aku menulis surat untuk mu dan sialnya ketahuan salah satu guru di sekolah, lalu aku tiba-tiba mengelak jika itu bukan tulisanku -jelas-jelas ada namaku tertulis disana

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat saat acara lomba memasak di sekolah, aku yang membuat sambal dan bu guru sangat menyukai sambalku -saat itu aku benar-benar sangar bukan?

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih tidak perduli dengan kritingya rambut indahmu -jika bisa aku sangat ingin kembali pada masa itu lalu memperdulikan rambutmu

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku berpikir lalu ragu jika kelak kau akan menjadi istriku -aku terlalu kecil jika harus dewasa saat itu -ah, terlalu konyol memang

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih benar-benar ragu jika aku memiliki rasa yang hingga kini masih ada -bahkan hingga saat ini, aku rasa memang nyata

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih sering cemburu jika ada siswa lain yang mencoba mendekatimu -mungkin hingga saat ini

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika lulus sekolah, kita meruskan ke sekolah yang berbeda -dan aku tak pernah benar-benar setuju kala itu

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika masa-masa smp, aku tak pernah bisa membuat cerita tentang kita lagi seperti masa sd dulu -mungkin rasa itu memudar

Kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku masih ingat jika aku pernah berpura-pura kehilangan semangat ketika merasa kehilangan seseorang -untuk seumuran remaja yang pernah benar-benar mempunyai rasa yang tak wajar

Dan kenapa seperti habis kemarin?
Ketika aku benar-benar tak bisa mengingat apapun kecuali kamu -terlalu berlebihan bukan?
-aku memang tak waras jika menginginkanmu

Kenapa seperti habis kemarin kawan?
Apakah kalian juga merasakannya?
Apakah kamu merasakannya?
Merasakan masa-masa itu yang seperti habis kemarin..
Merasakan masa-masa berlebihan kita. -terutama tentangmu.

Semuanya memang terlalu seperti habis kemarin
Dan aku tak pernah bisa melampaukan masa-masa itu.
Kecuali untuk satu nama yang pernah menumbuhkan rasa menciptakan luka.
Agar aku bisa tertawa kembali,
Kembali merekayasa cerita-cerita kita bersama.
Atau bercerita kembali pada masa-masa yang sejatinya pernah kita rasa.
Agar aku bisa menciptakan kembali rasa yang dulu pernah ada -yang hanya pura-pura, yang memang nyata.
Semoga kita bisa membuat cerita baru yang lebih seru, atau mungkin hanya akan mengenang kenangan pada remang malam ini.

Dan terakhir untuk kalian malam ini
Dan terakhir untukmu malam ini

"Dan bila malam adalah gelap
Aku akan menjadi bintang
Menyapamu lalu tersenyum
Atau hanya sekedar menatapmu dari kejauhan
Berdo'a agar sinar ku selalu menerangi malam mu
Tapi aku adalah bintang
Yang tak mungkin jatuh ke bumi
Lalu memeluk mu tiba-tiba
Malam ini aku benar-benar rindu
Sungguh dengan segala peluh"





 Untuk setiap waktu


Semoga kita saling merindu
Meski rindu akan berlalu dalam waktu
Meski waktu akan terus berpacu pada pilu
Karena memang selalu banyak cerita lucu yang harus kita kenang






Tempat lain, Oktober 2016











Sabtu

Malam ini

Ini malam yang sepi,
malam yang tak pernah aku takuti.
Teman-teman semua pergi,
Entah.. kemana mereka? Aku tak tau.
Yang aku tau, ini malam yang sunyi.
Malam yang tak seperti biasa.
Sama-sama gelap tapi sungguh tak seperti biasa, pemandangan yang indah - gelap yang tak pernah sendiri, lampu-lampu yang tertutup oleh kabut.
Dan angin yang bersiul sangat kencang.
Sedang aku sendiri.
Ah, jika ada kalian disini kawan ? - mungkin kita bisa meneruskan cerita tentang antologi sakit jiwa yang sempat terpotong malam lalu.
Tapi, kalian pergi.
Aku sendiri.
Ini malam yang beku,
Saat semua di sisi dingin dan kaku.
Aku mencoba menghibur diri dengan tersenyum sendiri - menyaksikan hembusan-hembusan angin yang tak pernah bisa aku mengerti,
Tapi aku merasakannya setiap mereka pergi.
Merasakan sendiri tanpa tepi.
Kalian pergi..
Kemana pergi?
Kapan kembali?
Malam ini, Aku sendiri. Kawan..
Malam ini aku hanya ingin pergi.
Entah.. Kemana aku akan pergi.
Mungkin mencari teman?
Atau mencoba untuk tetap sendiri?
Bukankah terlalu menakutkan, kawan ?
Mungkin akan ku coba mencari kalian di semak-semak rumput yang mengembun atau pada kenyataan jika aku tak pernah sanggup sendiri?


Suatu tempat, 2016





Di Sepanjang Malam

Di Sepanjang malam 

Dari kabut menjadi kalut

Ada yang pilu di sini; aku 

Gelap sempat merayap pada pekat

Aku yang tersesat pada karat; diam 

Di Sepanjang malam

Dari kelu menjadi beku

Ada yang ragu di sana; kamu 

Tiba-tiba dingin melesat cepat

Menyapa kita dalam rindu menggebu 

Di sepanjang malam

Tak ada yang lebih sepi dari malam ini

Seperti menanti pada hati tak bertepi

Aku ingin segera usai

Membisu atau bertemu

Di Sepanjang malam

Tak ada yang lebih indah dari angin

Aku yang selalu berharap ingin

Semoga ia menyampaikan maksudku padamu











Jurang, oktober 2016

Kematian I

Pernah nggak sih berpikir? Ketika berkumpul dengan teman temanmu Ketika temanmu sedang berbicara tentang adik kelas cantik yang dia lihat le...